Tak hanya saham dan reksadana, Mei nanti surat berharga negara (SBN) juga sudah bisa ditransaksikan secara daring (E-SBN). Selain memudahkan masyarakat dalam berinvestasi, langkah pemerintah meluncurkan E-SBN ini juga merupakan ikhtiar menambah porsi investor lokal di SBN. Maklum, kepemilikan asing di SBN terus naik. Per 4 April lalu, porsi investor asing sudah 39,73%. Ini jauh melebihi batas maksimal yang dipatok para ekonom yakni 30%, juga jauh melebihi negara tetangga. Data ADB menunjukkan porsi asing di surat utang pemerintah dalam mata uang lokal akhir 2017 untuk Indonesia 39,8% jauh di atas Malaysia 29,2% atau Thailand yang hanya 16,2%. Pemerintah boleh saja mengklaim besarnya porsi asing di SBN menunjukkan tingginya kepercayaan investor luar negeri. Toh, kita tak bisa menafikan adanya risiko di balik besarnya kepemilikan asing itu. Investor asing umumnya sangat peka terhadap sentimen global yang bisa memicu penarikan dana (capital outflow) secara besar-besaran. Jika terjadi capital outflow, kurs rupiah akan bergejolak dan cadangan devisa yang susah payah dipupuk selama ini akan tergerus dengan cepat.
Risiko SBN
Tak hanya saham dan reksadana, Mei nanti surat berharga negara (SBN) juga sudah bisa ditransaksikan secara daring (E-SBN). Selain memudahkan masyarakat dalam berinvestasi, langkah pemerintah meluncurkan E-SBN ini juga merupakan ikhtiar menambah porsi investor lokal di SBN. Maklum, kepemilikan asing di SBN terus naik. Per 4 April lalu, porsi investor asing sudah 39,73%. Ini jauh melebihi batas maksimal yang dipatok para ekonom yakni 30%, juga jauh melebihi negara tetangga. Data ADB menunjukkan porsi asing di surat utang pemerintah dalam mata uang lokal akhir 2017 untuk Indonesia 39,8% jauh di atas Malaysia 29,2% atau Thailand yang hanya 16,2%. Pemerintah boleh saja mengklaim besarnya porsi asing di SBN menunjukkan tingginya kepercayaan investor luar negeri. Toh, kita tak bisa menafikan adanya risiko di balik besarnya kepemilikan asing itu. Investor asing umumnya sangat peka terhadap sentimen global yang bisa memicu penarikan dana (capital outflow) secara besar-besaran. Jika terjadi capital outflow, kurs rupiah akan bergejolak dan cadangan devisa yang susah payah dipupuk selama ini akan tergerus dengan cepat.