KONTAN.CO.ID - Persepsi risiko asing terhadap pasar modal Indonesia terus membaik. Buktinya, credit default swap (CDS) Indonesia terus turun. Kemarin, CDS Indonesia untuk surat utang tenor lima tahun berada di 95,39. Ini adalah level terendah CDS lima tahun sejak Juli 2007 silam. CDS Indonesia untuk obligasi tenor 10 tahun juga turun. Kemarin, CDS 10 tahun berada di level 166. Ini merupakan posisi terendah sejak 20 Desember 2012. Persepsi risiko asing terhadap Indonesia terus membaik sejak awal 2017. Selain berkat kenaikan rating utang dari S&P, kondisi makroekonomi dalam negeri yang stabil turut jadi katalis positif.
Sejauh ini, tingkat inflasi Indonesia masih sesuai target, yakni di kisaran 4%. Cadangan devisa Indonesia juga terus naik. Bahkan, cadangan devisa juga mencetak rekor tertinggi di US$ 128,79 miliar. Nilai tukar rupiah pun stabil. "Sementara dari eksternal tidak banyak sentimen yang membuat pelaku pasar khawatir," kata Desmon Silitonga, Fund Manager Capital Asset Management, Kamis (14/9). Apalagi, kini peluang The Federal Reserve menaikkan suku bunga semakin kecil, lantaran inflasi di Amerika Serikat (AS) masih stagnan. Konflik di Semenanjung Korea juga mulai mereda. Tak heran, investor asing kembali berani menanamkan investasi di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Asal tahu saja, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN), per Rabu (13/9), telah mencapai Rp 814,37 triliun. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa. Angka ini melesat 22,31% dibandingkan posisi di akhir 2016, yang sebesar Rp 665,81 triliun. Pasar Asia Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohammad Ihsan menambahkan, rendahnya CDS Indonesia juga membuat biaya pendanaan obligasi turun. "Investor asing menganggap risiko investasi di Indonesia rendah tapi masih memberi yield yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara yang mirip," jelas dia. Di
emerging market Asia, yield Indonesia cuma kalah dibanding India. Yield SUN 10 tahun Indonesia sebesar 6,5%, sementara India 6,58%.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar bilang, hampir sebagian besar negara emerging market mengalami penurunan risiko investasi. Contoh, CDS India untuk obligasi lima tahun kini berada di level 75,6, turun 38,53% dibanding posisi pada akhir Desember 2016. "Karena inflasi di Amerika Serikat dan Eropa masih stagnan, investor asing menyerbu," ujar Anil. Analis menilai CDS Indonesia masih bisa turun. Terutama jika Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan sekali lagi. Tapi, Desmon mengingatkan, risiko kenaikan suku bunga The Fed belum benar-benar hilang. Jika The Fed akhirnya mengerek suku bunga, maka yield untuk obligasi 10 tahun bisa mencapai 6,8%. Sedang CDS 10 tahun akan berkisar antara 140-170. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini