Ristia Bintang Mahkotasejati (RBMS) sebut pasar properti tahun ini belum kondusif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS), Richard R. Wiriahardjaja mengakui prospek bisnis properti pada 2019 belum terlalu kondusif. Dirinya berpendapat beberapa fenomena politik menjadi penyebab kelesuan industri properti tahun ini.

"Ini menjadi sebuah siklus atau pola bagi industri properti. Saya yakin tahun 2020 keadaan bisa membaik signifikan. Tahun 2019 ini, bisa dikatakan tahun politik, tidak hanya merujuk pada pemilu atau pilkada, tetapi juga kerusuhan Papua yang memanas saat ini," ujar Richard di Jakarta, Kamis (5/9).

Dirinya melanjutkan, krisis yang terjadi pada 2008 mencapai perbaikan pada 2010 untuk industri properti.


Baca Juga: Proyek baru Jakarta Urban Propertindo (URBN) paling cepat awal tahun 2020

Lebih jauh, sampai akhir tahun ini pihaknya masih mengandalkan proyek pembangunan perumahan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di Karawang, Jawa Barat.

Pembangunan perumahan FLPP sendiri menempati total lahan seluas 30 hektar dengan jumlah 3.000 unit rumah yang dibangun bertahap. Proyek yang menggelontorkan dana Rp 300 miliar ini, sudah mencapai pembangunan 600 unit rumah pada paruh pertama 2019.

Untuk membangun perumahan FLPP ini, RBMS menjalankannya melalui anak usahanya PT Alam Indah Selaras (AIS) dan PT Manggala Citra Abadi (MCA). 

"Sementara untuk hotel Le Meridian di Bali, secara mengejutkan tidak terlalu terdampak kenaikan harga tiket pesawat. Tingkat okupansi di saat akhir pekan masih sangat tinggi," tambahnya.

Baca Juga: URBN jual 35 unit tiap proyek apartemennya dalam dua bulan terakhir

Richard berkata, memasuki semester II, diprediksi akan banyak turis dari Australia berdatangan ke Bali untuk mencari tempat hangat. Begitu pula turis dari negara lain yang mengalami musim dingin di negara lain.

Menilik laporan keuangan RBMS pada paruh pertama 2019, kinerja emiten yang bergerak pada bidang properti ini memang tidak terlalu cemerlang. RBMS menderita kerugian sebesar Rp 9,756 miliar dan penurunan pendapatan sebesar sebesar 20% di angka Rp 47,640 miliar dari Rp 59,461 miliar.

Senada, jumlah aset, liabilitas, dan ekuitas merosot masing-masing 9,12%, 26%, dan 1,91%. "Saya percaya momen baik baru akan terbuka tahun 2020. Di tahun depan pula kami terus menggenjot pembangunan rumah FLPP," pungkasnya.

Baca Juga: URBN akan tingkatkan anggaran akuisisi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi