KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar dan akan semakin besar di masa depan. Kondisi ini mendorong minat para pemain ritel modern asing untuk berekspansi ke pasar Indonesia. Dari segmen ritel lifestyle atau gaya hidup, brand luar negeri seperti Uniqlo atau Zara, berhasil menggaet konsumen yang loyal. Kemudian ada juga berbagai ritel makanan dan minuman (food and beverages) asing yang sudah sejak lama ada di pasar Indonesia. Lalu segmen ritel asing lain yang terhitung sukses di tanah air saat ini, yakni branded goods gaya hidup seperti fashion dan kosmetik.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, tingginya minat peritel asing untuk masuk ke pasar Indonesia salah satunya didorong oleh jumlah populasi Indonesia yang sangat besar dengan potensi pertumbuhan yang tinggi pula.
Baca Juga: Akan Ada 3 Mal Baru di Jakarta Tahun Ini “Dengan jumlah yang sekarang sudah mencapai lebih dari 270 juta jiwa, serta pertumbuhan hingga 3% per tahun, kita punya potensi pasar yang begitu besar dan akan semakin besar di masa depan,” ujar Shinta, kepada Kontan.co.id, Jumat (15/9). Faktor selanjutnya adalah pertumbuhan konsumen muda Indonesia yang begitu pesat. Jumlah generasi muda Indonesia kini sudah mencapai seperempat dari total populasi, sehingga membentuk basis consumer yang begitu besar, yang umumnya memiliki ketertarikan akan hal-hal baru dan trending. Di samping itu, fenomena ini dipengaruhi pula oleh semakin meluasnya pengaruh urbanisasi, yang menjadikan kehidupan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia semakin modern. Pembangunan infrastruktur yang masif juga mendukung bertumbuhnya pusat-pusat komersial seperti ruko dan mall. Faktor lain yang mendukung pertumbuhan ritel asing di tanah air ialah regulasi yang terbuka. “Ini merupakan bentuk dukungan pemerintah yang meningkatkan kemudahan berusaha serta daya tarik berinvestasi, sehingga amat memudahkan industri ritel asing untuk masuk dan memasarkan produk-produknya di Indonesia,” papar dia. Namun demikian, tak semua brand ritel asing yang masuk ke Indonesia menuai kesuksesan. Seperti di segmen ritel grocery misalnya, pasar ritel Indonesia dikuasai oleh pemain lokal seperti Alfamart, Indomaret, dan Superindo. Pemain-pemain lokal di segmen ini memiliki basis konsumen yang kuat, karena berhasil menyentuh masyarakat tidak hanya di kota-kota besar melainkan hingga ke daerah. “Jika kita lihat beberapa tahun belakangan, justru pemain-pemain ritel asing malah berguguran karena kalah bersaing dengan ritel lokal,” sebut Shinta.
Baca Juga: Hubungan Investasi dan Tiga Pasar dalam Perekonomian Negara Lalu, dalam persaingan ritel lifestyle atau gaya hidup, beberapa pemain dari luar memang sangat digemari konsumen Indonesia. Produk-produk branded asing seperti Uniqlo atau Zara, berhasil menggaet konsumen yang loyal.
Kadin melihat bahwa persaingan di segmen ritel lifestyle ini semakin menarik dengan kemunculan produk lifestyle lokal yang tidak kalah mutu. Namun memang pr-nya, para pemain lokal ini masih harus bersaing keras dengan merk-merk luar negeri tersebut. Ke depannya, persaingan ritel di Indonesia akan semakin ditunjang oleh daya beli kelas menengah yang semakin meningkat. Indonesia diperkirakan sedang memasuki era second consumer boom sejak awal dekade ini, dengan GDP per kapita yang naik dari US$ 5.000 ke US$ 10.000 di tahun 2030. “Ini tentunya akan berdampak besar pula dalam menggerakkan aktivitas pembelian konsumen ritel,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi