KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri ritel menjadi salah satu sektor yang paling parah terdampak pandemi Covid-19. Pada kuartal awal tahun ini, sektor ritel menunjukkan pemulihan kinerja meski belum terlalu signifikan. Hal itu antara lain dapat dilihat dari kunjungan ke mall atau pusat perbelanjaan yang mulai ramai. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mencatat dalam beberapa waktu terakhir, ada peningkatan kunjungan, meski secara rata-rata masih berada di bawah 50%. Menurut Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja, tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan baru akan bergerak menuju normal setelah vaksinasi untuk masyarakat umum dilaksanakan. Dia menilai, itulah yang akan menjadi kunci bagi pemulihan sektor ritel, termasuk bagi pusat perbelanjaan.
"Kalau vaksinasi untuk masyarakat umum belum dilaksanakan maka hampir dipastikan tidak dapat diberlakukan pelonggaran. Jadi kunci dalam hal peningkatan kunjungan ke Pusat Perbelanjaan adalah vaksinasi untuk masyarakat umum," ungkap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (5/4). Bulan Ramadan dan Lebaran memang menjadi momentum peningkatan jumlah pengunjung. Namun lantaran ada pandemi, kunjungan ke pusat perbelanjaan pada masa Ramadan-Lebaran tahun 2020 lalu hanya naik sekitar 20% dibandingkan hari-hari biasa.
Baca Juga: Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) targetkan penjualan naik 15% saat Ramadan dan Lebaran Padahal, dalam kondisi normal sebelum pandemi, kenaikan selalu lebih dari 50% saat Ramadan - Lebaran. Untuk tahun ini, Alphon memproyeksikan kunjungan ke pusat perbelanjaan belum akan pulih seperti kondisi normal. Namun, tetap akan lebih tinggi dibandingkan pada masa ramadan-lebaran tahun lalu. "Tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada saat menjelang dan pada saat Idul Fitri tahun 2021 ini diperkirakan akan meningkat sekitar 30%-40% dibandingkan dengan Idul Fitri tahun 2020 lalu," terang Alphon. Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas mengungkapkan bahwa secara keseluruhan, industri ritel terpuruk pada tahun lalu. Dia memberikan gambaran, dari skala 100, indeks kepercayaan konsumen pada tahun lalu selalu di bawah 70 secara bulanan. Omzet peritel secara umum pun turun drastis. Untuk ritel di segmen pangan, Roy mencatat ada penurunan rerata sebanyak 40%. Sedangkan omzet untuk ritel non-pangan anjlok hingga 60%. Ditambah lagi, penjualan saat masa bulan Ramadan dan Lebaran pun merosot parah. Indeks penjualan riil saat momentum itu bahkan minus 20,6% secara tahunan. Roy bilang, itu merupakan titik nadir dalam dua dekade terakhir. Padahal, momentum Ramadan dan Lebaran dalam kondisi normal berkontribusi terhadap 40%-45% omzet peritel secara tahunan. "Nggak pernah terjadi dalam dua dekade ini dari industri ritel, minus 20,6% saat puasa dan Lebaran. Padahal sebelum pandemi, 40%-45% omzet setahun dari sana," terang Roy kepada Kontan.co.id, Jum'at (12/3) lalu.
Baca Juga: Sambut ramadan, begini strategi bisnis Hero Supermarket (HERO) Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan, hingga kuartal I-2021 sektor ritel secara tahunan (YoY) memang masih mencatatkan kontraksi. Namun secara bulanan, sektor ritel terus menunjukkan pemulihan.
"Kalau dilihat dari pertumbuhan bulan per bulan, kontraksinya makin tipis. Kalau ke kuartal kedua, ke Ramadan dan Lebaran, kondisinya pasti sudah lebih bagus. Sudah positif," kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (5/4). Faisal bilang, adanya vaksinasi ditambah dengan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat membuat kinerja ritel kian terdongkrak. Momentum ramadan dan lebaran akan semakin mendorong pemulihan ritel. Kendati begitu, hal tersebut belum akan mengangkat sektor ritel ke kondisi normal sebelum pandemi. "Masih belum (pulih sebelum pandemi). Tapi dibandingkan pandemi pada tahun lalu, akan lebih baik," pungkas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari