Langkah Rizki Yanuar mengembangkan Ouval Research tidaklah mudah. Omzet tokonya di Buah Batu, Bandung, tidaklah menggembirakan. Dominasi produk asing dan minimnya promosi membuat produknya tidak laku. Tak mau menyerah, dia pun membuka gerai baru dan berpromosi dengan melibatkan band musik. Omzet gerai Ouval Research di Buah Batu, Bandung, tak terlalu menggembirakan. Gerai pertama milik Rizki itu hanya mampu mencetak penjualan di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per bulan. Minimnya penjualan membebani keuangan. Apalagi, beban operasional semakin meningkat karena adanya penambahan karyawan dan sewa tempat. “Mungkin karena lokasinya jauh dari pusat kota sehingga kurang laku,” ujar Rizki Yanuar, yang saat itu lebih banyak menangani kegiatan promosi dan pemasaran.Setelah mengumpulkan modal selama kurang lebih dua tahun, Yanuar bersama dua punggawa Ouval Research, yakni Arief Budiman dan Firman Firdaus, membuka gerai keduanya di Jalan Sultan Agung, Bandung.Mereka berharap dengan di lokasi yang lebih strategis gerai baru tersebut mampu menarik pembeli yang lebih banyak. Ujung-ujungnya, omzetnya bakal meningkat.Rizki juga berharap, langkah ini bisa mengibarkan nama Ouval di Bandung. “Keputusan itu perlu dilakukan walau sebagian orang saat itu masih mempertanyakan kualitas produk lokal," tandasnya. Jadi, dia berupaya menggeser pola pikir yang semacam itu.Langkah yang diambil Rizki dan kedua temannya tersebut tepat. Kehadiran gerai di Jalan Sultan Agung mampu menarik perhatian pembeli, tak hanya di Bandung namun di kota-kota lainnya, seperti Jakarta. Untuk itulah, pada tahun 2006, Ouval kembali membuka gerai ketiganya di Tebet, Jakarta Selatan.Rizki mengaku perjuangannya cukup berat untuk sampai pada titik seperti sekarang ini. “Kami melawan dominasi produk asing yang sudah memiliki posisi kuat di pasar,” paparnya.Ia menambahkan, salah satu kunci keberhasilan mendongkrak citra Ouval Research adalah penerapan strategi pemsaran yang jitu. Saat itu, Ouval gencar mensponsori band-band indie kenamaan. Seperti Mocca, The Milo, serta Pure Saturday, yang sudah memiliki banyak pengemar.Strategi promosi itu cukup jitu meningkatkan kesadaran merek atau brand awareness Ouval di kalangan anak muda penggemar band. Upaya itu juga mulai menarik perhatian media cetak dan elektronik. “Kami sempat diliput oleh beberapa media cetak dan elektronik. Ini bagus untuk pencitraan,” ujarnya.Tentu saja, strategi pemasaran tersebut tak lepas dari sokongan unit produksi yang tak kenal lelah. Mereka bekerja keras untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk yang mudah diserap pasar.Salah satu contoh inovasi produk mereka adalah desain jaket dengan pola potong (cutting) 45 derajat. Pola jaket itu bisa menekan jumlah limbah produksi dan sisa bahan pembuatan jaket. "Ini kami plot sebagai edisi khusus,” ungkapnya.Salah satu produk jaket yang cukup fenomenal adalah jaket berbahan dasar kertas. Bahan kertas yang diimpor dari Jerman tersebut dapat dicuci ulang, dengan jangka waktu pemakaian hingga dua tahun.Agar pasar tak bosan pada produk-produknya, setiap minggu Ouval selalu memperkenalkan desain produk baru. Untuk produk kaos, Ouval membuat minimal tiga desain baru tiap minggu. Sedangkan jaket desain baru dikenalkan satu sampai dua kali sebulan. Tak hanya kaos dan jaket, Ouval juga membuat produk lain, seperti sepatu, tas, jam tangan, pemutar musik (MP3 player), serta otopad. Produk-produk tersebut cukup disukai anak muda karena mampu mempertahankan kualitas dan keunikan desain produk.Ouval terus berkembang dan semakin menggurita dari sisi ukuran maupun jaringan usaha. Omzet bulanannya yang semula hanya Rp 2 juta telah meningkat puluhan kali hingga kisaran Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar per bulan. Sementara jaringan bisnisnya sudah menjamah pelanggan di luar Bandung. Setelah membuka gerai di Jakarta, Ouval membuka pasar di kota besar lain. Seperti di Padang pada tahun 2008, Yogyakarta dan Makassar tahun 2009, dan Surabaya tahun 2010. Ouval juga bekerja sama dengan toko lain. "Jumlah distributor Ouval telah mencapai 100-an toko,” papar Rizki. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rizki mensponsori band-band indie agar tenar (2)
Langkah Rizki Yanuar mengembangkan Ouval Research tidaklah mudah. Omzet tokonya di Buah Batu, Bandung, tidaklah menggembirakan. Dominasi produk asing dan minimnya promosi membuat produknya tidak laku. Tak mau menyerah, dia pun membuka gerai baru dan berpromosi dengan melibatkan band musik. Omzet gerai Ouval Research di Buah Batu, Bandung, tak terlalu menggembirakan. Gerai pertama milik Rizki itu hanya mampu mencetak penjualan di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per bulan. Minimnya penjualan membebani keuangan. Apalagi, beban operasional semakin meningkat karena adanya penambahan karyawan dan sewa tempat. “Mungkin karena lokasinya jauh dari pusat kota sehingga kurang laku,” ujar Rizki Yanuar, yang saat itu lebih banyak menangani kegiatan promosi dan pemasaran.Setelah mengumpulkan modal selama kurang lebih dua tahun, Yanuar bersama dua punggawa Ouval Research, yakni Arief Budiman dan Firman Firdaus, membuka gerai keduanya di Jalan Sultan Agung, Bandung.Mereka berharap dengan di lokasi yang lebih strategis gerai baru tersebut mampu menarik pembeli yang lebih banyak. Ujung-ujungnya, omzetnya bakal meningkat.Rizki juga berharap, langkah ini bisa mengibarkan nama Ouval di Bandung. “Keputusan itu perlu dilakukan walau sebagian orang saat itu masih mempertanyakan kualitas produk lokal," tandasnya. Jadi, dia berupaya menggeser pola pikir yang semacam itu.Langkah yang diambil Rizki dan kedua temannya tersebut tepat. Kehadiran gerai di Jalan Sultan Agung mampu menarik perhatian pembeli, tak hanya di Bandung namun di kota-kota lainnya, seperti Jakarta. Untuk itulah, pada tahun 2006, Ouval kembali membuka gerai ketiganya di Tebet, Jakarta Selatan.Rizki mengaku perjuangannya cukup berat untuk sampai pada titik seperti sekarang ini. “Kami melawan dominasi produk asing yang sudah memiliki posisi kuat di pasar,” paparnya.Ia menambahkan, salah satu kunci keberhasilan mendongkrak citra Ouval Research adalah penerapan strategi pemsaran yang jitu. Saat itu, Ouval gencar mensponsori band-band indie kenamaan. Seperti Mocca, The Milo, serta Pure Saturday, yang sudah memiliki banyak pengemar.Strategi promosi itu cukup jitu meningkatkan kesadaran merek atau brand awareness Ouval di kalangan anak muda penggemar band. Upaya itu juga mulai menarik perhatian media cetak dan elektronik. “Kami sempat diliput oleh beberapa media cetak dan elektronik. Ini bagus untuk pencitraan,” ujarnya.Tentu saja, strategi pemasaran tersebut tak lepas dari sokongan unit produksi yang tak kenal lelah. Mereka bekerja keras untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk yang mudah diserap pasar.Salah satu contoh inovasi produk mereka adalah desain jaket dengan pola potong (cutting) 45 derajat. Pola jaket itu bisa menekan jumlah limbah produksi dan sisa bahan pembuatan jaket. "Ini kami plot sebagai edisi khusus,” ungkapnya.Salah satu produk jaket yang cukup fenomenal adalah jaket berbahan dasar kertas. Bahan kertas yang diimpor dari Jerman tersebut dapat dicuci ulang, dengan jangka waktu pemakaian hingga dua tahun.Agar pasar tak bosan pada produk-produknya, setiap minggu Ouval selalu memperkenalkan desain produk baru. Untuk produk kaos, Ouval membuat minimal tiga desain baru tiap minggu. Sedangkan jaket desain baru dikenalkan satu sampai dua kali sebulan. Tak hanya kaos dan jaket, Ouval juga membuat produk lain, seperti sepatu, tas, jam tangan, pemutar musik (MP3 player), serta otopad. Produk-produk tersebut cukup disukai anak muda karena mampu mempertahankan kualitas dan keunikan desain produk.Ouval terus berkembang dan semakin menggurita dari sisi ukuran maupun jaringan usaha. Omzet bulanannya yang semula hanya Rp 2 juta telah meningkat puluhan kali hingga kisaran Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar per bulan. Sementara jaringan bisnisnya sudah menjamah pelanggan di luar Bandung. Setelah membuka gerai di Jakarta, Ouval membuka pasar di kota besar lain. Seperti di Padang pada tahun 2008, Yogyakarta dan Makassar tahun 2009, dan Surabaya tahun 2010. Ouval juga bekerja sama dengan toko lain. "Jumlah distributor Ouval telah mencapai 100-an toko,” papar Rizki. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News