KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) siap mengerek produksi batubara pada tahun 2024. Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengungkapkan, pihaknya telah memperoleh persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) 2024-2026 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Persetujuan RKAB ini untuk dua anak usaha BUMI yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia. Perusahaan pun siap untuk meningkatkan produksi pada tahun ini.
"Kami belum memfinalisasi panduan untuk tahun 2024, namun diperkirakan produksi dapat melampaui 80 juta ton," kata Dileep kepada Kontan, Rabu (3/1). Dileep menjelaskan, estimasi produksi ini akan meningkat ketimbang raihan tahun 2022 yang sebesar 70 juta ton dan produksi tahun 2023 yang diperkirakan mencapai 78 juta ton.
Baca Juga: KPC dan Arutmin Akhirnya Dapat Persetujuan RKAB Periode 2024-2026 Selain itu, estimasi produksi ini belum memasukkan potensi tambahan produksi dari PT Pendopo Energi Batubara (PEB). Adapun, untuk tahun ini, BUMI menargetkan setidaknya 70% hingga 75% dari total penjualan batubara dapat dijual ke pasar ekspor. Hingga kuartal III-2023, volume penjualan batubara BUMI naik 5% secara
year-on-year (YoY) menjadi 54,3 juta ton dari sebelumnya 51,9 juta ton. Volume batubara yang ditambang juga naik 5% menjadi 56,2 juta ton dari sebelumnya 53,7 juta ton. Pun demikian dengan volume pengupasan lapisan penutup alias overburden (OB) removal yang naik 20% menjadi 571,2 juta bank cubic meter (bcm) dari sebelumnya 475,5 juta bcm. Hanya saja, harga jual rata-rata alias (ASP) BUMI per kuartal III-2023 menurun 28% secara year-on-year (YoY) menjadi US$ 85,2 per ton. Per September 2022, ASP BUMI kala itu mencapai US$ 118,7 per ton
Hal ini membuat kinerja keuangan BUMI tertekan sepanjang periode Januari-September 2023, yang tercermin dari turunnya laba bersih hingga pendapatan di periode ini. Emiten tambang batubara ini membukukan pendapatan senilai US$ 1,17 miliar, menurun 15,78% dari pendapatan per akhir kuartal III-2022 yang mencapai US$ 1,39 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari