SEMARANG. Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan perseroan telah melakukan revitalisasi terhadap beberapa pabrik gula yang dimilikinya."Kami sudah melakukan revitalisasi di beberapa pabrik. Sudah kita lakukan. Kan nggak perlu digembar-gemborkan, yang penting kan jalan," kata Ismed saat ditemui di Agrowisata Banaran, Semarang, Selasa (10/12), seperti dikutip dari Kompas.com.Terkait rendemen, Ismed mengungkapkan kata kuncinya ada di kualitas tanaman tebu dan bukan di pabrik. Pabrik, ujar dia, hanya menyumbang kontribusi sebesar 15% untuk rendemen. "Yang paling dominan itu ada di tanaman dan angkut. Bukan soal tanah, tapi kualitas tanaman, kualitas bibit, kualitas tebu, hasilnya. Bersih, (atau) kotor," jelasnya.Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, Ismed mengungkapkan harus ada sebuah kesadaran di kalangan petani untuk dapat mengelola lahan perkebunan tebunya dengan baik. Hal ini sudah dilakukan di beberapa pabrik gula di wilayah Jawa Timur."Tapi itu saja tidak cukup. Harus ada dukungan dari pemerintah untuk tidak mengijinkan di sentra-sentra pabrik gula tebu diijinkan (beroperasi) pabrik yang berbasis rafinasi, karena itu akan menghancurkan petani," kata Ismed. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
RNI gencar revitalisasi pabrik gula
SEMARANG. Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan perseroan telah melakukan revitalisasi terhadap beberapa pabrik gula yang dimilikinya."Kami sudah melakukan revitalisasi di beberapa pabrik. Sudah kita lakukan. Kan nggak perlu digembar-gemborkan, yang penting kan jalan," kata Ismed saat ditemui di Agrowisata Banaran, Semarang, Selasa (10/12), seperti dikutip dari Kompas.com.Terkait rendemen, Ismed mengungkapkan kata kuncinya ada di kualitas tanaman tebu dan bukan di pabrik. Pabrik, ujar dia, hanya menyumbang kontribusi sebesar 15% untuk rendemen. "Yang paling dominan itu ada di tanaman dan angkut. Bukan soal tanah, tapi kualitas tanaman, kualitas bibit, kualitas tebu, hasilnya. Bersih, (atau) kotor," jelasnya.Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, Ismed mengungkapkan harus ada sebuah kesadaran di kalangan petani untuk dapat mengelola lahan perkebunan tebunya dengan baik. Hal ini sudah dilakukan di beberapa pabrik gula di wilayah Jawa Timur."Tapi itu saja tidak cukup. Harus ada dukungan dari pemerintah untuk tidak mengijinkan di sentra-sentra pabrik gula tebu diijinkan (beroperasi) pabrik yang berbasis rafinasi, karena itu akan menghancurkan petani," kata Ismed. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News