ROA perbankan turun ke 2,48% per September 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemampuan bank mencetak laba mulai kendor. Hal ini tercermin dari return on asset (ROA) perbankan per September 2019 yang mulai seret. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga akhir kuartal III 2019 lalu posisi ROA perbankan ada di level 2,48%. Posisi ini turun tipis dari periode tahun sebelumnya sebesar 2,5%.

Bila dirinci, mayoritas ROA masih disumbang oleh bank umum kelompok usaha (BUKU) IV yang sebesar 3,1% per September 2019. Sementara itu, berbanding terbalik dengan BUKU IV, kelompok BUKU I, II dan III justru mencatat ROA di bawah 2%, masing-masing 1,2%, 1,53% dan 1,78%. Turun dari posisi setahun sebelumnya sebesar 1,62% untuk BUKU I, BUKU II 1,55% dan BUKU III 1,82%.

Baca Juga: Pakar siber angkat bicara soal kasus pembobolan ATM Bank DKI oleh Satpol PP


Sejumlah bank kecil dan menengah yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini bahwa kemampuan mencetak laba di tahun ini belum akan sekencang tahun lalu. Selain karena permintaan kredit baru yang mini, hal ini juga disebabkan oleh banyaknya aturan main yang mesti dipenuhi perbankan dan berujung pada tergerusnya laba.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya, mencatat ROA per September 2019 hanya sebesar 0,44% turun cukup besar dari tahun sebelumnya 0,90%. Pun, rasio profitabilitas tersebut merupakan yang terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso menjelaskan, penurunan ini lebih disebabkan oleh adanya penurunan kinerja laba sebelum pajak. Catatan saja, akhir kuartal III 2019 lalu laba BTN memang sempat susut 42,58% secara year on year (yoy) menjadi Rp 801 miliar.

Nah, bank spesialis kredit perumahan ini menjelaskan penurunan tersebut merupakan dampak adanya pembebanan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) BTN yang cukup besar. "Hal ini sebagai bentuk persiapan dalam menghadapi implementasi PSAK 71 pada awal tahun 2020," terang Mahelan kepada Kontan.co.id, Rabu (20/11).

Baca Juga: Simpanan nasabah kaya di bank bertambah besar

Meski menciut, BTN meyakini ruang kenaikan ROA masih terbuka. Hanya saja, kenaikannya tidak akan agresif, mengingat BTN terus membentuk biaya CKPN sampai akhir tahun guna memupuk coverage ratio. Dus, pihaknya hanya mematok ROA menyentuh 0,5% di pengujung 2019.

"BTN akan fokus pada efisiensi biaya dana dengan rekomposisi deposito berbiaya mahal dan memupuk dana murah sambil fokus pada perbaikan kualitas kredit untuk mendorong pendapatan bunga," jelas Mahelan.

Baca Juga: Tren penurunan bunga, ini imbasnya terhadap industri menurut bankir

Sementara itu, PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) juga menghadapi hal serupa. Malah, Direktur Kepatuhan BWS I Made Mudiastra bilang ROA Bank Woori cenderung turun. "Karena pengaruh dari bank yang harus memenuhi ketentuan NSFR yang menaikkan biaya bunga," ujar dia.

Catatan Made, di kuartal III 2019 posisi ROA Bank Woori ada di level 2,2%, turun dari setahun sebelumnya 2,56%. Penurunan ini diproyeksi masih akan berlanjut hingga akhir tahun. BWS pun hanya menargetkan ROA di level moderat yakni 2,01% di tahun 2019. Untuk menjaga di level tersebut, pihaknya masih akan berupaya mengurangi beban bunga sambil mencari pendapatan non bunga.

Sekadar informasi saja, kendati ROA surut, BWS masih mampu mencatat kenaikan laba bersih sebesar 7,74% secara yoy menjadi Rp 421,8 miliar per September 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati