KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor, pengusaha, dan motivator Robert Kiyosaki memprediksi, harga aset kripto Bitcoin (BTC) dapat mencapai titik terendah baru, yakni di US$ 10.000. Kiyosaki memperingatkan bahwa Amerika Serikat sedang menuju keruntuhan ekonomi yang akan datang. Merujuk coinmarketcap.com per Kamis (17/11) pukul 18.24 WIB, harga BTC dalam 24 jam terakhir turun 1% menjadi US$ 16.584,96. Akan tetapi, dalam tujuh hari terakhir, harga BTC masih naik sekitar 1,8%. Dalam satu bulan terakhir, harga terendah BTC berada di US$ 15.682,69 dengan harga tertinggi di US$ 21.446,89. Trader Tokocrypto Afid Sugiono menilai, BTC dan kripto lainnya memang berada pada posisi yang lebih rendah semenjak
crypto winter yang dimulai awal tahun ini. Meledaknya kasus FTX turut memperparah kejatuhan tajam pada aset kripto, khususnya BTC.
Belakangan ini, BTC mencapai level rendah sejak November 2020 di harga US$ 15.702 atau turun 72% dari posisi
all-time high (ATH) di tahun 2021 lalu.
Baca Juga: Ajukan Bangkrut di Pengadilan AS, Bappebti Resmi Hentikan Perdagangan Aset Kripto FTX Namun, menurut Afid, sulit bagi BTC untuk turun ke level US$ 10.000 dalam jangka pendek. Pasalnya, berdasarkan pola historis yang melibatkan siklus BTC, tahun 2022 kemungkinan besar akan mirip dengan bear market kripto tahun 2018. Saat itu, penurunan BTC dari posisi ATH maksimal mencapai 80%. Dengan kata lain, dengan kondisi pasar
bearish sampai dengan akhir tahun ini, harga BTC diprediksi bisa berada di antara US$ 15.000 hingga US$ 21.000, tidak sampai ke US$ 10.000. Berkaca pada siklus BTC saat
market bearish tahun 2015, BTC membutuhkan waktu 426 hari untuk mencapai titik
bottom. Lalu, pada siklus tahun 2017, butuh 365 hari untuk mencetak
bottom pada 2018. Sementara itu, dari puncak harga BTC pada Juni 2019 di US$ 13.900, BTC mengalami penurunan 274 hari sebelum mencapai posisi
bottom. Oleh sebab itu, jika bulan November 2021 merupakan siklus puncak harga BTC dan membutuhkan 274 hari atau 365 hari untuk mencapai titik terendah, maka secara kalkulasinya titik terendah BTC akan terjadi pada September atau November 2022. Namun, jika menganalisisnya dengan periode 426 hari, maka BTC dapat mencetak siklus
bottom pada Januari 2023. "Prediksi harga jika mengacu pada historisnya, ATH BTC pada November 2021 mencapai US$ 68.672, untuk sampai posisi
bottom bisa turun hingga 80% atau sekitar US$ 13.000-an," tutur Afid saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/11).
Baca Juga: Bursa Kripto Lokal Tutup Transaksi Token Buatan FTX Chief Executive Officer (CEO) Triv Gabriel Rey Le Roy juga melihat, sulit bagi BTC untuk sampai ke harga US$ 10.000. Pasalnya, secara historis dari siklus tahunan yang terjadi, penurunan harga BTC paling jauh sebesar 85% sejak mencapai ATH.
Berdasarkan asumsi tersebut, Gabriel memprediksi harga terendah BTC hanya akan berada di level US$ 15.000an, tidak sampai ke US$ 10.000. "Terlebih lagi, secara fundamental pengguna BTC bertambah banyak sehingga sulit untuk turun lagi sampai ke level tersebut," ucap Gabriel. Di samping itu, adanya Bitcoin Halving tahun 2024 juga akan menjadi sentimen positif yang bisa membawa
bull run. Seperti pada siklus Bitcoin Halving yang pernah menyentuh harga rendah di tahun 2018, kemudian
rally kencang dan
bullish di periode tahun 2020-2021. Apabila sentimen tersebut datang dan pengguna BTC semakin bertambah, maka menurutnya fundamental BTC tidak bermasalah. Ia memprediksi, harga BTC akan mulai pulih pada tahun 2023 ke angka US$ 20.000-US$ 30.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati