JAKARTA. Setelah dua tahun tak berproduksi, PT Kertas Leces bangkit lagi. Pabrik kertas pelat merah ini mulai kembali berproduksi sejak pertengahan tahun ini.Roda produksi Leces mulai berputar lagi seiring rampungnya pembangunan dua boiler yang menggunakan bahan bakar batubara. Sebelumnya, pabrik berhenti beroperasi karena kesulitan pasokan gas sebagai bahan bakar boiler lama. Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gas lantaran Leces menunggak utang.Direktur Utama Kertas Leces Budi Kusmarwoto menyebut, boiler yang baru bisa menghasilkan uap panas, listrik, dan udara tekan. Boiler batubara itu sudah melewati performance test dan sudah beroperasi sejak Juni 2012. Boiler itu menggerakkan lima paper machine (PM) dengan kapasitas terpasang 550 ton per hari.Pada tahap pertama, PM 1, 2, dan PM 4 bisa memproduksi 120 ton per hari, atau 22% dari total kapasitas terpasang yang totalnya 550 ton per hari. Kemudian, sejak pertengahan Agustus 2012, PM 3 pun mulai berproduksi dengan volume 180 ton per hari atau sekitar 33% dari total kapasitas terpasang. Dengan demikian, operasi keempat lini produksi tersebut telah mencapai 55% dari total kapasitas produksi Leces. Budi optimistis, dalam waktu dekat, PM 5 bisa beroperasi. "Sebelum kuartal keempat 2012 ditargetkan PM 5 sudah beroperasi, sehingga kapasitas produksi maksimal 100%," ungkapnya, Kamis (23/8).Pembangunan boiler batubara yang dirintis sejak 2007 silam itu memang sempat bermasalah, sehingga penyelesaiannya mundur. "Mestinya boiler itu bisa beroperasi pada 2010, tapi kenyataannya baru beroperasi tahun ini," ujar Budi.Proyek boiler batubara ini menelan biaya Rp 210 miliar. Pembiayaannya menggunakan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2007 sebesar Rp 175 miliar, plus Rp 35 miliar dari internal Leces.Dengan menggunakan boiler batubara, perusahaan ini bisa menghemat biaya sebesar 50% dibandingkan dengan menggunakan gas.Mengincar margin besarSeiring beroperasinya boiler batubara, Budi yang resmi mengendalikan roda bisnis Leces sejak Mei 2012 pun mulai menerapkan strategi baru demi memperbaiki kinerja perusahaan yang selama ini merugi. Salah satunya dengan membidik pasar yang tidak dimasuki kompetitor dan membuat inovasi produk. Selama ini, produk buatan Leces yang berjenis kertas tisu, kertas tulis, dan medium liner hanya dipasok ke pasar lokal. Nah, sejak 13 Agustus 2012, Leces mulai mengekspor produknya ke Jepang. Mereka mengirimkan bahan uang kertas berbahan jerami padi. Pengiriman awal sebanyak 32 juta ton. "Kami mengincar pasar berbeda. Intinya, meski menjual dengan volume kecil, tapi mendapat margin besar, minimal 20%," papar Budi.Tak hanya itu, Leces juga sedang menyiapkan strategi lain untuk memanfaatkan kelebihan listrik yang dihasilkan boiler. Kedua boiler itu bisa menghasilkan 2 x 120 ton uap per jam, atau setara listrik 40-50 megawatt (MW). Kata Budi, kebutuhan listrik untuk pabrik Leces sekitar 35-40 MW. Sehingga, sisa 5-10 MW bisa dijual kepada PLN.Tak main-main, ke depan, Leces juga berencana membentuk Unit Bisnis Energi Listrik (UBEL) khusus untuk mengelola jual beli listrik.Dengan sejumlah rencana itu, Budi berharap, Leces bisa meminimalkan kerugian pada tahun ini. Sebagai gambaran, tahun lalu, Leces membukukan kerugian sebelum pajak sekitar Rp 122 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Roda produksi Kertas Leces kembali bergulir
JAKARTA. Setelah dua tahun tak berproduksi, PT Kertas Leces bangkit lagi. Pabrik kertas pelat merah ini mulai kembali berproduksi sejak pertengahan tahun ini.Roda produksi Leces mulai berputar lagi seiring rampungnya pembangunan dua boiler yang menggunakan bahan bakar batubara. Sebelumnya, pabrik berhenti beroperasi karena kesulitan pasokan gas sebagai bahan bakar boiler lama. Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gas lantaran Leces menunggak utang.Direktur Utama Kertas Leces Budi Kusmarwoto menyebut, boiler yang baru bisa menghasilkan uap panas, listrik, dan udara tekan. Boiler batubara itu sudah melewati performance test dan sudah beroperasi sejak Juni 2012. Boiler itu menggerakkan lima paper machine (PM) dengan kapasitas terpasang 550 ton per hari.Pada tahap pertama, PM 1, 2, dan PM 4 bisa memproduksi 120 ton per hari, atau 22% dari total kapasitas terpasang yang totalnya 550 ton per hari. Kemudian, sejak pertengahan Agustus 2012, PM 3 pun mulai berproduksi dengan volume 180 ton per hari atau sekitar 33% dari total kapasitas terpasang. Dengan demikian, operasi keempat lini produksi tersebut telah mencapai 55% dari total kapasitas produksi Leces. Budi optimistis, dalam waktu dekat, PM 5 bisa beroperasi. "Sebelum kuartal keempat 2012 ditargetkan PM 5 sudah beroperasi, sehingga kapasitas produksi maksimal 100%," ungkapnya, Kamis (23/8).Pembangunan boiler batubara yang dirintis sejak 2007 silam itu memang sempat bermasalah, sehingga penyelesaiannya mundur. "Mestinya boiler itu bisa beroperasi pada 2010, tapi kenyataannya baru beroperasi tahun ini," ujar Budi.Proyek boiler batubara ini menelan biaya Rp 210 miliar. Pembiayaannya menggunakan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2007 sebesar Rp 175 miliar, plus Rp 35 miliar dari internal Leces.Dengan menggunakan boiler batubara, perusahaan ini bisa menghemat biaya sebesar 50% dibandingkan dengan menggunakan gas.Mengincar margin besarSeiring beroperasinya boiler batubara, Budi yang resmi mengendalikan roda bisnis Leces sejak Mei 2012 pun mulai menerapkan strategi baru demi memperbaiki kinerja perusahaan yang selama ini merugi. Salah satunya dengan membidik pasar yang tidak dimasuki kompetitor dan membuat inovasi produk. Selama ini, produk buatan Leces yang berjenis kertas tisu, kertas tulis, dan medium liner hanya dipasok ke pasar lokal. Nah, sejak 13 Agustus 2012, Leces mulai mengekspor produknya ke Jepang. Mereka mengirimkan bahan uang kertas berbahan jerami padi. Pengiriman awal sebanyak 32 juta ton. "Kami mengincar pasar berbeda. Intinya, meski menjual dengan volume kecil, tapi mendapat margin besar, minimal 20%," papar Budi.Tak hanya itu, Leces juga sedang menyiapkan strategi lain untuk memanfaatkan kelebihan listrik yang dihasilkan boiler. Kedua boiler itu bisa menghasilkan 2 x 120 ton uap per jam, atau setara listrik 40-50 megawatt (MW). Kata Budi, kebutuhan listrik untuk pabrik Leces sekitar 35-40 MW. Sehingga, sisa 5-10 MW bisa dijual kepada PLN.Tak main-main, ke depan, Leces juga berencana membentuk Unit Bisnis Energi Listrik (UBEL) khusus untuk mengelola jual beli listrik.Dengan sejumlah rencana itu, Budi berharap, Leces bisa meminimalkan kerugian pada tahun ini. Sebagai gambaran, tahun lalu, Leces membukukan kerugian sebelum pajak sekitar Rp 122 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News