Dengan strategi yang tepat, hobi bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Rosita Suwardi Wibawa, pemilik Tar A Porter, mampu menghidupkan hobinya berkebun dan merangkai bunga hingga menghasilkan pundi-pundi yang cukup tebal.Bunga selalu identik dengan keindahan. Tetapi bagi kehidupan Rosita Suwardi Wibawa, bunga bukan sekadar keindahan melainkan juga buah kesuksesan. Berkat bunga rangkaiannya, perempuan kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 26 Juni 1975, ini mampu mereguk pendapatan hingga ratusan juta per bulan. Melalui toko bunga Tar A Porter, Rosita menawarkan aneka rangkaian bunga nan indah mulai harga puluhan ribu hingga jutaan. Berbeda dengan toko bunga lain, ia mengincar pembeli bunga dari pasar korporasi atau perusahaan. “Bunga-bunga itu biasanya untuk mempercantik meja direksi, meja customer service, atau meja lain di ruangan perkantoran,” kata ibu tiga anak ini. Tak tanggung-tanggung, Rosita yang memiliki gerai di daerah Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, ini sudah memiliki sekitar 39 klien korporat. Pendapatannya per bulan rata-rata belasan juta per klien. “Setiap kontrak klien minimal satu tahun,” ujarnya dengan ramah. Klien-kliennya antara lain PT Medco Energi, Bank CIMB Niaga, Mitsubishi Corporation, PT Pertamina, PT Hero Supermarket, Yamaha, Honda, Indomaret, Hotel Santika, PT Polymer Tech Rubberindo Tanah Mas, Plaza Semanggi, dan masih banyak lagi.Bukan hanya itu, Rosita juga sudah memiliki sembilan mitra yang membuka gerai Tar A Porter di Jakarta, Tangerang, dan Surabaya. “Kami juga sedang proses menggandeng mitra di Bali dan Kalimantan,” jelasnya. Sejak November 2010, ia memang sudah menawarkan kerjasama berkonsep business opportunity alias BO. Setiap mitranya memiliki klien-klien sendiri yang bila digabung dengan klien-kliennya pribadi, jumlahnya bisa ratusan. Rosita yang lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini menjalani usaha karena hobi berkebun. Tapi, bisnis ini tidak langsung dimulai sejak dia lulus kuliah. Dia sempat bekerja di Krakatau Steel sebagai inhouse lawyer. Di perusahaan milik BUMN itu, ia hanya bertahan satu tahun. Tahun 2001, ia pindah ke perusahaan konsultan PT Lexindo Consulting. Namun, karena harus mengurus anak, Rosita mundur dari perusahaan itu pada awal tahun 2003. “Saat hamil anak kedua, saya mempunyai keinginan berwirausaha. Saya pun membuka usaha penyewaan dan penjualan bunga segar,” tuturnya. Meskipun perut sudah membuncit karena hamil, dengan bermodal brosur Rosita keliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain untuk menawarkan layanan jasanya. “Waktu itu, saya belum punya produk, tetapi saya sudah tahu posisi pemasok bunganya,” kata Rosita yang mengawali bisnisnya hanya dengan modal Rp 250.000. Dengan memanfaatkan uang belanja dari suaminya, ia mendirikan usaha bernama Rumah Daun.Selain menyebar brosur, Rosita juga mengirim e-mail ke banyak perusahaan. “Saya tidak memiliki rekanan, hanya modal nekat,” ujar istri dari Wibawa Prasetyawan ini. Dalam waktu dua minggu, Rosita berhasil mendapat klien. Klien pertamanya adalah pengelola gedung Artha Graha. “Waktu itu mereka menyewa tanaman hidup. Nilai kontraknya Rp 3 juta per bulan,” kenangnya. Jual usaha ke klienDua tahun berjalan, sekitar tahun 2005, Rumah Daun makin berjaya dengan puluhan klien. Bahkan Rosita mampu memiliki nursery di kawasan BSD, Tangerang. Sayang, ketika usahanya berada di puncak, ia harus menjual Rumah Daun ke salah satu klien karena harus mengikuti suami yang studi ke Inggris. “Rasanya campur aduk, lagi maju-majunya tapi usaha harus saya tinggalkan,” katanya. Rosita pun melayangkan surat ke setiap klien bahwa kontrak kerjasama akan dilanjutkan oleh manajemen Rumah Daun yang baru. Selama di Inggris, selain mengasuh kedua anaknya, Rosita juga bekerja di perusahaan ritel fashion Zara. Dia juga kursus fashion di Central Saint Martine College. “Pada waktu senggang, saya melihat-lihat bisnis florist di sana,” kenangnya. Setelah dua tahun di Inggris, ia pulang ke Indonesia dan berpindah-pindah kota mengikuti tugas suami yang bekerja di sebuah bank. Selama tiga tahun, dia tinggal di Semarang, Bali, dan Surabaya. Hingga akhirnya sang suami kembali dinas ke Jakarta. Rosita memulai lagi bisnis yang telah ditinggalkannya. Kali ini, dia menamai toko bunganya dengan Tar A Porter. “Saya kembali menghubungi klien-klien lama. Kebetulan Rumah Daun sudah tak eksis lagi,” katanya. Hanya dalam waktu dua hari, klien-klien lama Rosita kembali berdatangan. Usaha itu pun kembali merekah. Usaha Rosita semakin berkembang, sejak Mei 2012, dia mulai memasarkan rangkaian bunga hasil kreasinya di luar segmen korporasi. Indomaret menjadi saluran pemasaran yang dia pilih. “Klien ritel yang di Jabodetabek yang ingin memesan bunga bisa melalui Indomaret,” kata Rosita. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rosita merangkai sukses lewat rangkaian bunga
Dengan strategi yang tepat, hobi bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Rosita Suwardi Wibawa, pemilik Tar A Porter, mampu menghidupkan hobinya berkebun dan merangkai bunga hingga menghasilkan pundi-pundi yang cukup tebal.Bunga selalu identik dengan keindahan. Tetapi bagi kehidupan Rosita Suwardi Wibawa, bunga bukan sekadar keindahan melainkan juga buah kesuksesan. Berkat bunga rangkaiannya, perempuan kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 26 Juni 1975, ini mampu mereguk pendapatan hingga ratusan juta per bulan. Melalui toko bunga Tar A Porter, Rosita menawarkan aneka rangkaian bunga nan indah mulai harga puluhan ribu hingga jutaan. Berbeda dengan toko bunga lain, ia mengincar pembeli bunga dari pasar korporasi atau perusahaan. “Bunga-bunga itu biasanya untuk mempercantik meja direksi, meja customer service, atau meja lain di ruangan perkantoran,” kata ibu tiga anak ini. Tak tanggung-tanggung, Rosita yang memiliki gerai di daerah Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, ini sudah memiliki sekitar 39 klien korporat. Pendapatannya per bulan rata-rata belasan juta per klien. “Setiap kontrak klien minimal satu tahun,” ujarnya dengan ramah. Klien-kliennya antara lain PT Medco Energi, Bank CIMB Niaga, Mitsubishi Corporation, PT Pertamina, PT Hero Supermarket, Yamaha, Honda, Indomaret, Hotel Santika, PT Polymer Tech Rubberindo Tanah Mas, Plaza Semanggi, dan masih banyak lagi.Bukan hanya itu, Rosita juga sudah memiliki sembilan mitra yang membuka gerai Tar A Porter di Jakarta, Tangerang, dan Surabaya. “Kami juga sedang proses menggandeng mitra di Bali dan Kalimantan,” jelasnya. Sejak November 2010, ia memang sudah menawarkan kerjasama berkonsep business opportunity alias BO. Setiap mitranya memiliki klien-klien sendiri yang bila digabung dengan klien-kliennya pribadi, jumlahnya bisa ratusan. Rosita yang lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini menjalani usaha karena hobi berkebun. Tapi, bisnis ini tidak langsung dimulai sejak dia lulus kuliah. Dia sempat bekerja di Krakatau Steel sebagai inhouse lawyer. Di perusahaan milik BUMN itu, ia hanya bertahan satu tahun. Tahun 2001, ia pindah ke perusahaan konsultan PT Lexindo Consulting. Namun, karena harus mengurus anak, Rosita mundur dari perusahaan itu pada awal tahun 2003. “Saat hamil anak kedua, saya mempunyai keinginan berwirausaha. Saya pun membuka usaha penyewaan dan penjualan bunga segar,” tuturnya. Meskipun perut sudah membuncit karena hamil, dengan bermodal brosur Rosita keliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain untuk menawarkan layanan jasanya. “Waktu itu, saya belum punya produk, tetapi saya sudah tahu posisi pemasok bunganya,” kata Rosita yang mengawali bisnisnya hanya dengan modal Rp 250.000. Dengan memanfaatkan uang belanja dari suaminya, ia mendirikan usaha bernama Rumah Daun.Selain menyebar brosur, Rosita juga mengirim e-mail ke banyak perusahaan. “Saya tidak memiliki rekanan, hanya modal nekat,” ujar istri dari Wibawa Prasetyawan ini. Dalam waktu dua minggu, Rosita berhasil mendapat klien. Klien pertamanya adalah pengelola gedung Artha Graha. “Waktu itu mereka menyewa tanaman hidup. Nilai kontraknya Rp 3 juta per bulan,” kenangnya. Jual usaha ke klienDua tahun berjalan, sekitar tahun 2005, Rumah Daun makin berjaya dengan puluhan klien. Bahkan Rosita mampu memiliki nursery di kawasan BSD, Tangerang. Sayang, ketika usahanya berada di puncak, ia harus menjual Rumah Daun ke salah satu klien karena harus mengikuti suami yang studi ke Inggris. “Rasanya campur aduk, lagi maju-majunya tapi usaha harus saya tinggalkan,” katanya. Rosita pun melayangkan surat ke setiap klien bahwa kontrak kerjasama akan dilanjutkan oleh manajemen Rumah Daun yang baru. Selama di Inggris, selain mengasuh kedua anaknya, Rosita juga bekerja di perusahaan ritel fashion Zara. Dia juga kursus fashion di Central Saint Martine College. “Pada waktu senggang, saya melihat-lihat bisnis florist di sana,” kenangnya. Setelah dua tahun di Inggris, ia pulang ke Indonesia dan berpindah-pindah kota mengikuti tugas suami yang bekerja di sebuah bank. Selama tiga tahun, dia tinggal di Semarang, Bali, dan Surabaya. Hingga akhirnya sang suami kembali dinas ke Jakarta. Rosita memulai lagi bisnis yang telah ditinggalkannya. Kali ini, dia menamai toko bunganya dengan Tar A Porter. “Saya kembali menghubungi klien-klien lama. Kebetulan Rumah Daun sudah tak eksis lagi,” katanya. Hanya dalam waktu dua hari, klien-klien lama Rosita kembali berdatangan. Usaha itu pun kembali merekah. Usaha Rosita semakin berkembang, sejak Mei 2012, dia mulai memasarkan rangkaian bunga hasil kreasinya di luar segmen korporasi. Indomaret menjadi saluran pemasaran yang dia pilih. “Klien ritel yang di Jabodetabek yang ingin memesan bunga bisa melalui Indomaret,” kata Rosita. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News