Rosneft dan Aramco bersaing di kilang Tuban



JAKARTA. Keinginan pemerintah agar Pertamina segera membangun kilang di Tuban Jawa Timur, mulai menemui titik terang. Saat ini, ada dua kandidat kuat untuk menjadi mitra bisnis Pertamina di Tuban, yakni Rosneft dari Rusia dan peminat lama Saudi Aramco.

Dua investor ini lebih unggul ketimbang empat peminat lain yakni lantaran memiliki pasokan bahan baku minyak mentah yang berlimpah. Selain itu mereka punya pengalaman mengerjakan pembangunan dan mengelola kilang.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipo menyampaikan hal ini saat mendampingi Chief Executive Officer Rosneft Igor Ivanovich Sechin untuk menemui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Rabu (27/4) di Jakarta. Pun demikian hingga kini Pertamina Belum menetapkan pilihan.


Dalam jadwal Pertamina, pengumuman pemenang sedianya akan dilakukan pada pertengahan Mei 2016 mendatang. Pertamina ingin agar persiapan pembangunan kilang ini bisa dilakukan pada tahun depan, dan proyek bisa dimulai pada 2018.

Dalam hitungan awal proyek ini membutuhkan dana investasi sekitar US$ 5,5 miliar atau setara dengan Rp 72,6 triliun. Kilang ini ditargetkan beroperasi pada 2021.

Pada kesempatan itu Igor Ivanovich menyatakan, pihaknya memenuhi sejumlah kriteria yang diinginkan Pertamina. Misalnya memiliki produksi minyak mentah yang cukup besar.   "Produksi Rosneft saat ini 5,2 juta barel per hari. Separuhnya diolah di kilang kami sendiri. Kami punya kompetisi mengembangkan kilang dan mengembangkan trading," ujarnya. 

Tak hanya itu, Rosneft senang jika bisa bekerjasama dengan Pertamina untuk meningkatkan ketahanan energi di Indonesia. Artinya perusahaan Rusia ini siap menyuplai minyak dan produk minyak yang dibutuhkan Pertamina.

Di sisi lain, perusahaan ini juga menawarkan kepada Pertamina untuk partisipasi di proyek hulu migas di Rusia baik yang ada di darat maupun offshore. "Cadangan kami sangat baik," katanya.

Tawaran inilah yang membuat Menteri ESDM Sudirman Said tergiur. "Kami tahu Rosneft adalah salah satu perusahaan yang cukup bonafide dan sangat kuat di dunia. Pak Dwi juga mengatakan di samping urusan kilang juga menawarkan Pertamina masuk hulu dan kerjasama petrochemical di tempat lain jadi ada partisipan yang lebih luaslah," katanya. 

Tapi soal siapa mitra yang akan dipilih oleh Pertamina untuk membangun kilang di Tuban, Sudirman menyerahkan kepada Pertamina dengan pertimbangan bisnis.

Tak banyak menuntut

Pertimbangan lain yang menggiurkan bagi Pertamina adalah perusahaan Rusia ini tidak banyak menuntut insentif kepada pemerintah Indonesia. Dwi mengklaim  "Kalau kita bicara cadangan terbesar di dunia kan Rosneft, so far Rosneft juga tak minta insentif," kata Dwi.

Pertimbangan lain, perusahaan ini menyanggupi untuk kerja cepat dalam membangun kilang. Kalau  normalnya pembangunan kilang ini bisa memakan waktu 7 tahun–8 tahun, perusahaan Rusia ini menyanggupi untuk menyelesaikan dalam empat tahun. 

Meskipun demikian, Dwi menegaskan hingga kini Pertamina belum memutuskan siapa mitra untuk proyek kilang Tuban. Saat ini manajemen Pertamina masih memastikan tidak salah pilih mitra. "Jangan sampai kami umumkan pemenang tetapi setelah itu dalam perjalananya tidak sesuai rencana," kata Dwi. 

Apalagi ia menyebut masih ada penawar yang diprioritaskan yakni Saudi Aramco. 

"Kami juga tahu kalau Saudi Aramco adalah salah satu perusahaan yang cukup kuat juga dalam pengembangan refinery di luar negeri. Dia juga punya kerjasama di luar negeri, jadi dia salah satu yang preferred bidder juga," jelas Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan