JAKARTA. Meski pemerintah sudah melarang ekspor bahan baku rotan, pasokan rotan untuk industri dalam negeri masih juga seret. Efeknya, produsen furnitur bermerek Modena Furnitur, CV Larissa Furni Industries mengurangi produknya lantaran kendala seretnya bahan baku. Muhammad Nasuha, Direktur Modena mengatakan, tahun lalu, sekitar 90% produk si Modena adalah furnitur yang terbuat dari rotan. Namun, karena kesulitan pasokan rotan, kini komposisi produk furnitur rotan hanya mencapai 50%. Separonya adalah produk nonrotan seperti kayu, aluminium, pelepah pisang atau rotan sintetis yang lebih gampang didapat. Selama ini, kata Nasuha, ia mendapatkan pasokan rota dari Kalimantan dan Sulawesi. Namun, sejak ada aturan larangan ekspor rotan, ia justru kesulitan bahan baku. " Sudah begitu, harga rotan juga malah naik," kata Nasuha Senin (12/3).
Rotan seret, Modena ubah komposisi bahan
JAKARTA. Meski pemerintah sudah melarang ekspor bahan baku rotan, pasokan rotan untuk industri dalam negeri masih juga seret. Efeknya, produsen furnitur bermerek Modena Furnitur, CV Larissa Furni Industries mengurangi produknya lantaran kendala seretnya bahan baku. Muhammad Nasuha, Direktur Modena mengatakan, tahun lalu, sekitar 90% produk si Modena adalah furnitur yang terbuat dari rotan. Namun, karena kesulitan pasokan rotan, kini komposisi produk furnitur rotan hanya mencapai 50%. Separonya adalah produk nonrotan seperti kayu, aluminium, pelepah pisang atau rotan sintetis yang lebih gampang didapat. Selama ini, kata Nasuha, ia mendapatkan pasokan rota dari Kalimantan dan Sulawesi. Namun, sejak ada aturan larangan ekspor rotan, ia justru kesulitan bahan baku. " Sudah begitu, harga rotan juga malah naik," kata Nasuha Senin (12/3).