Roubini: AS, Inggris dan zona Euro berisiko 50% terkena resesi



JAKARTA. Pendiri sekaligus Ketua Roubini Global Economics LLC, Nouriel Roubini memproyeksikan, perekonomian AS, Inggris, dan zona Euro dalam 12 bulan ke depan berisiko 50% mengalami resesi.

Menurut Roubini, rekayasa keuangan Eropa tidak cukup untuk mengakhiri krisis utang di kawasan tersebut. Penularan krisis utang telah menyebar ke beberapa bank Prancis dan Belgia.

"Saya melihat ada risiko, setidaknya dengan probabilitas 50%, bahwa AS, zona Euro, Inggris, dan negara dengan tingkat ekonomi paling maju mengarah ke resesi. Mengalami pelemahan ketimbang percepatan pertumbuhan,” kata Roubini dalam sebuah pidato di Jakarta, hari ini.


Para pemimpin Eropa sejauh ini mempertimbangkan untuk tidak mengandalkan Bank Sentral Eropa dalam rencana penambahan dana penyelamatan kawasan Eropa, juga berencana membantu perbankan yang bermasalah. Final hasil pertemuan Uni Eropa baru akan dilakukan pada 26 Oktober mendatang.

Memburuknya keuangan Yunani telah mempersempit ruang Eropa untuk melakukan manuver dalam melawan penularan krisis, juga menginfeksi Spanyol dan Italia, serta menggiring ekonomi global ke dalam bahaya resesi.

Namun, Roubini juga menyebut, sejauh ini perlambatan ekonomi di kawasan negara berkembang masih moderat. "Ekonomi di kawasan ini kuat dan tangguh," ujarnya.

Negara berkembang terlihat meningkatkan langkah-langkah untuk mendorong pertumbuhan. Sekaligus, mengisolasi diri dari bahaya krisis Eropa yang kian dalam dan kondisi AS yang masih berjuang untuk pulih.

Misalnya, pemerintah Filipina meluncurkan paket stimulus senilai 72 miliar peso (US$ 1,7 miliar) bulan ini, seiring pemangkasan proyeksi pertumbuhan di 2011. Indonesia di luar dugaan memangkas suku bunga acuan pada 11 Oktober lalu. Ini untuk pertama kalinya sejak lebih dari dua tahun terakhir. Sementara, bank sentral Brasil memangkas biaya pinjaman setengah poin pada pekan lalu.

Editor: Dupla Kartini