KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lantai bursa kembali menyambut kehadiran emiten layanan jasa rumahsakit. Melalui aksi
initial public offering (IPO) atawa penawaran saham perdana pada Selasa (15/5) lalu, PT Royal Prima Tbk sukses menghimpun dana guna melebarkan sayap usahanya hingga ke Pulau Jawa. Selama ini, emiten dengan kode saham PRIM tersebut dikenal sebagai salah satu operator rumahsakit swasta terbesar di Pulau Sumatra. Hingga sekarang, Royal Prima memiliki dua unit rumahsakit dengan total 964 tempat tidur, yang berlokasi di Medan dan Jambi. Kapasitas kedua rumahsakit itu ditargetkan bisa bertambah hingga 1.200 tempat tidur di 2019 mendatang. Selain menambah kapasitas rumahsakit yang sudah ada, Direktur Royal Prima Mok Siu Pen mengatakan, PRIM juga akan menambah unit rumahsakit baru melalui skema akuisisi. "Totalnya ada empat akuisisi rumahsakit tahun ini. Lokasinya di Medan, Tebing Tinggi, Pekanbaru dan Tangerang," kata dia, Selasa (15/5).
Dua dari empat rumahsakit akuisisi tersebut akan dijadikan sebagai rumahsakit spesialis. Rumahsakit spesialis yang pertama adalah spesialis mata dengan empat ruang operasi. Rencananya, rumahsakit mata dibuka di Medan, mengingat masih minimnya pusat kesehatan mata yang di ibukota Sumatra Utara tersebut. Yang kedua adalah rumahsakit spesialis gigi mulut dengan kapasitas 52 kursi. Sejatinya, Royal Prima juga tengah menambah jumlah
landbank yang nantinya akan dibangun rumahsakit baru (
greenfield). Mok Siu Pen menyebut, sekarang jumlah
landbank PRIM baru sekitar 2 hektare (ha). Perusahaan ini menargetkan
landbank bisa bertambah secara bertahap jadi 15 ha hingga 2020 nanti. Untuk langkah akuisisi, Royal Prima menilainya lebih cocok dieksekusi untuk saat ini. "Kami lebih suka melakukan akuisisi langsung karena bisa lebih cepat terlihat hasilnya," terang Mok. Selain itu, Royal Prima juga tetap fokus pada tujuan menambah pusat pemeriksaan baru, antara lain pusat pemeriksaan jantung dan pusat pemeriksaan kanker. Menurut Mok Siu Pen, jumlah pusat pemeriksaan yang sedikit membuat pasien, khususnya di wilayah Sumatra, memilih berkunjung ke negeri tetangga. "Harapannya, penambahan pusat pemeriksaan bisa mencegah banyaknya pasien yang lari ke luar negeri. Apalagi Medan kan, sangat dekat dengan Malaysia," tutur Mok Siu Pen. Ekspansi ke Jawa Tingginya tingkat kompetisi bisnis rumahsakit tak menyurutkan niat Royal Prima merambah Pulau Jawa. Bahkan, emiten ini berkomitmen mendirikan unit rumahsakit baru bertipe B yang memiliki kapasitas minimal 200 tempat tidur. "Kami lihat, pada kapasitas minimum tersebutlah posisi
return of investment yang bagus," kata Mok Siu Pen. Ia mengungkapkan, sesungguhnya rencana ekspansi ke Jawa sudah digodok sejak dua tahun silam. Namun, Royal Prima memilih untuk lebih dulu tercatat di bursa agar lebih dikenal kalangan investor yang lebih luas. Setidaknya, satu unit rumahsakit pertama akan beroperasi di Pulau Jawa, tepatnya di Tangerang, pada tahun ini. Royal Prima optimistis kinerja perusahaan ini akan meroket seiring perluasan lokasi rumahsakit. Di samping itu, Royal Prima juga berencana membuka seluruh rumahsakitnya untuk layanan BPJS. Maklum, sekitar 80% dari total pendapatan emiten ini bersumber dari pasien BPJS. Besarnya animo pasien BPJS di Sumatra ikut mengerek
bed occupancy ratio (BOR) Royal Prima hingga hampir menyentuh 90%. Rata-rata BOR rumahsakit Royal Prima di Medan mencapai 70%–80%. "Padahal batas wajar BOR itu maksimal 70%. Karena itu, kami merasa perlu ekspansi supaya BOR bisa ditekan," ujar dia.
Mok Siu Pen optimistis, iklim bisnis rumahsakit masih akan berkembang dengan baik di tahun ini dan ke depannya. Alasannya, rasio jumlah penduduk dan tempat tidur di Indonesia masih sangat rendah, sehingga peluang bagi Royal Prima masih terbuka lebar. Tambah lagi, tahun depan seluruh warga negara diwajibkan memiliki BPJS. Untuk itu, akhir tahun ini Royal Prima memasang target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang tak tanggung-tanggung. Pendapatan akhir tahun diproyeksi bisa naik 151% menjadi Rp 445 miliar, sedangkan target laba bersih tumbuh 125% menjadi Rp 45 miliar. Akhir tahun lalu, Mok Siu Pen mengungkap, Royal Prima membukukan pendapatan sebesar Rp 177 miliar dan laba bersih sekitar Rp 20 miliar. "Sejak 2016, kami memang selalu menargetkan pendapatan bisa tumbuh
double digit. Mudah-mudahan dengan strategi pendanaan yang tepat, kami tetap bisa menjaga pertumbuhan meski banyak ekspansi," tutur dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati