KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk (RMKO), emiten yang bergerak di bisnis jasa penunjang pertambangan dan penyewaan alat-alat berat akan fokus pada penyelesaian
hauling road di tahun 2024. Dengan selesainya
hauling road sepanjang 39 kilometer ini, beberapa tambang batubara di Muara Enim, Sumatra Selatan dapat segera beroperasi. Direktur Utama RMKO Vincent Saputra berharap, penyelesaiaan hauling road ini akan menambah jumlah muatan batubara yang dapat diangkut serta meningkatkan penyewaan alat berat RMKO. Dengan begitu, pendapatan RMKO juga berpeluang meningkat. "Panjang
hauling road tersebut juga potensial bertambah seiring dengan semakin banyaknya akses ke tambang-tambang swasta lainnya," tutur Vincent saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (26/1).
Sementara itu, penambahan alat-alat berat sebagian besar sudah dieksekusi pada tahun 2023. Saat proyek hauling road selesai, perusahaan akan meningkatkan utilisasi dari alat-alat berat tersebut. Namun, RMKO tidak menutup kemungkinan ada penambahan alat berat lagi seiring dengan terintegrasinya hauling road dengan tambang-tambang sekitar.
Baca Juga: Intip Jurus Royaltama Kontraktorindo (RMKO) Genjot Kinerja hingga Akhir Tahun Nanti Emiten yang berada di bawah kendali PT RMK Investama dan satu grup dengan PT RMK Energy Tbk (RMKE) ini mempunyai pendapatan yang diperoleh dari sejumlah kecil pelanggan. Pada sembilan bulan pertama 2023, RMKO mencatatkan pendapatan senilai Rp 199,08 miliar atau meningkat 53,60% dari periode sama tahun 2022 sebesar Rp 129,60 miliar. Pendapatan ini paling banyak berasal dari segmen pertambangan dengan nominal mencapai Rp 119,44 miliar (60%). Lalu dari jasa sewa alat berat Rp 51,39 miliar (26%) dan jasa kontruksi Rp 28,24 miliar (14%). Dari segi klien, pendapatan paling banyak berasal dari tambang in-house RMKE, yakni PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE) sebesar Rp 120,86 miliar atau 61% dari total pendapatan. Lalu dari PT Royaltama Mulia Kencana Rp 62,7 miliar (RMUK) dan RMKE Rp 6,21 miliar. TBBE sebagai salah satu pelanggan utama perusahaan yang menggunakan jasa pertambangan dan pengangkutan batubara. Sementara itu, RMUK merupakan pelanggan yang menggunakan jasa untuk pelaksana emplasemen, pembangunan jalan pengangkutan, dan penyewaan alat berat.
Baca Juga: Semester I 2023, Capex RMK Energy (RMKE) Baru Terserap 15,7% Memang, sejak tambang in-house RMKE, yakni PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE) beroperasi pada 2021. RMKO mencatatkan kenaikan pendapatan yang signifikan. Top line RMKO pada 2022 mencapai Rp 184,87 miliar atau meningkat 6,5 kali lipat semenjak tambang beroperasi. Pendapatan RMKO telah meningkat secara signifikan sejak tahun 2021 dengan
compounded annual growth rate (CAGR) 2020-2022 sebesar 7,9 kali. Seiring dengan peningkatan pendapatan usaha, RMKO juga berhasil meningkatkan laba bersih usaha sebesar 7,4 kali lipat menjadi Rp 19,08 miliar per akhir 2022. Melihat realisasi ini, Vincent yakin klien eksternal akan bertambah seiring dengan penyelesaian hauling road yang akan diintergerasikan ke tambang-tambang batubara di Muara Enim. RMKO juga melihat peluang di luar tambang batubara dan area Sumatera Selatan. "Nantinya, hauling road ini akan meningkatkan kinerja operasional RMKO, khususnya di hulu (muat di tambang) dan secara pararel meningkatkan operasional RMKE di hilir (bongkaran)," tutur Vincent.
Baca Juga: Intip Geliat Royaltama Kontraktorindo (RMKO) Menggenjot Kinerja Sampai Akhir Tahun Dengan kata lain, RMKO menjadi pelengkap jasa logistik pada proses hulu yang juga nantinya akan menunjang kegiatan usaha hilir RMKE yang fokus pada jasa logistik batubara. Dengan terintegrasinya jasa logistik hulu ke hilir ini, kinerja grup dapat meningkat secara berkelanjutan. Vincent menyebut, potensi batubara di Sumatra Selatan masih sangat besar. Apabila infrastruktur di hulu dan hilir sudah terkoneksi dengan baik, serta tersedianya jasa penunjang pertambangan yang profesional, dia optimistis dapat meningkatkan kapasitas produksi di Sumatra Selatan. Terkait dengan harga jual batubara yang tertekan di tahun 2024, Vincent menyampaikan hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh secara langsung. Pasalnya, sama halnya dengan RMKE, RMKO merupakan kontraktor pertambangan yang juga memberikan jasa pengangkutan batubara yang fokus di hulu. Namun, RMKO tidak melakukan penjualan batubara seperti. RMKO hanya mengeksekusi tambang dan mengangkut hasil tambang di hulu sehingga secara langsung tidak berpengaruh pada perubahan harga batubara.
Baca Juga: Royaltama (RMKO) Mengincar Laba Bersih Hingga 40 Miliar Usai IPO "Risiko fluktuasi batubara dapat dimitigasi dengan biaya efisiensi operasional yang baik seperti menjaga nisbah pengupasan
(stripping ratio) lebih rendah dan penggunaan bahan bakar yang efisien," tutur Vincent. Sebagai gambaran, PT Royaltama Mulia Kontraktorindo didirikan pada tahun 2017 dengan nama awal PT Rantai Mulia Kontraktorindo. Perusahaan berganti nama menjadi PT Royaltama Mulia Kontraktorindo pada tahun 2022. Pada tahun 2020, RMKO memulai pembangunan infrastruktur tambang TBBE, mengerjakan proyek jalan hauling sepanjang 39 km pada tahun 2021, dan mulai menjadi kontraktor pertambangan di IUP TBBE dan pelaksana kegiatan muat batubara kereta api di emplasemen RMUK pada tahun 2022. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati