KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri jasa pengiriman ekspres dinilai makin sulit mendapat ruang untuk mempertebal margin. Peningkatan permintaan dinilai belum tentu meningkatkan bottom line karena margin tergerus beban yang juga meningkat. Co-Founder Paxel Indonesia Johari Zein mengatakan tantangan di industri jasa pengiriman ekspres adalah meningkatnya permintaan juga meningkatkan beban. “Karena keterbatasan kapasitas kurir dalam mengantar per harinya. Kiriman bertambah, cost juga bertambah,” katanya saat berkunjung ke Kontan.co.id pada Kamis (24/10) lalu. Baca Juga: Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) klaim pertumbuhan pengiriman 15% Dalam penjelasan itu, Johari menyebut betapa pentingnya pemanfaatan teknologi dan sistem baru sambil mengenalkan startup yang didirikannya di bidang logistik, Paxel. Permintaan meningkat seiring maraknya bisnis e-commerce yang kerap memanfaatkan layanan jasa pengiriman ekspres. Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) Budi Paryanto tidak sepakat dengan hal itu. Menurutnya, pertumbuhan permintaan tidak harus diiringi dengan penambahan SDM yang masif. “Jika permintaan pengiriman 100 barang kan bukan berarti kurir harus 100 juga,” terangnya saat dihubungi Kontan.co.id pada Minggi (27/10). Asperindo juga sudah bekerja sama dengan berbagai instansi pendidikan yang memiliki fokus pendidikan di bidang logistik. Beberapa di antaranya merupakan politeknik hingga universitas negeri. Sementara untuk tenaga kurir, lulusan SMA juga disebutnya bisa cepat beradaptasi dengan sistem untuk bisa bekerja dengan baik. Adapun biaya terbesar industri pengiriman ekspres umumnya bukan berasal dari SDM melainkan biaya transportasi. Biaya transportasi itu berupa jasa pengiriman via pesawat, kereta api, maupun kapal laut. Biaya itulah yang paling menekan bisnis pengiriman ekspres. Baca Juga: Setelah Go pay, kini JNE jalin kerjasama dengan OVO Namun, kata Budi, pihaknya tidak khawatir karena beberapa perusahaan transportasi seperti PT Garuda Indonesia Tbk mulai menghadirkan pesawat khusus kargo. Pesawat ini, bisa menekan biaya transportasi industri pengiriman ekspres. “Selama ini kan kalau lewat pesawat penumpang barang harus dikonsolidasi sampai minimal 10 kilogram. Dengan freighter tidak perlu,” katanya. Budi menyarankan agar pemerintah sebaiknya juga mulai memberlakukan aturan yang mendorong industri penerbangan bermain di sektor kargo. Karena dia yakin, bisnis kargo bisa cukup manis untuk menambah pendapatan maskapai di Indonesia.
Margin industri jasa pengiriman ekspres makin mengecil
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri jasa pengiriman ekspres dinilai makin sulit mendapat ruang untuk mempertebal margin. Peningkatan permintaan dinilai belum tentu meningkatkan bottom line karena margin tergerus beban yang juga meningkat. Co-Founder Paxel Indonesia Johari Zein mengatakan tantangan di industri jasa pengiriman ekspres adalah meningkatnya permintaan juga meningkatkan beban. “Karena keterbatasan kapasitas kurir dalam mengantar per harinya. Kiriman bertambah, cost juga bertambah,” katanya saat berkunjung ke Kontan.co.id pada Kamis (24/10) lalu. Baca Juga: Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) klaim pertumbuhan pengiriman 15% Dalam penjelasan itu, Johari menyebut betapa pentingnya pemanfaatan teknologi dan sistem baru sambil mengenalkan startup yang didirikannya di bidang logistik, Paxel. Permintaan meningkat seiring maraknya bisnis e-commerce yang kerap memanfaatkan layanan jasa pengiriman ekspres. Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) Budi Paryanto tidak sepakat dengan hal itu. Menurutnya, pertumbuhan permintaan tidak harus diiringi dengan penambahan SDM yang masif. “Jika permintaan pengiriman 100 barang kan bukan berarti kurir harus 100 juga,” terangnya saat dihubungi Kontan.co.id pada Minggi (27/10). Asperindo juga sudah bekerja sama dengan berbagai instansi pendidikan yang memiliki fokus pendidikan di bidang logistik. Beberapa di antaranya merupakan politeknik hingga universitas negeri. Sementara untuk tenaga kurir, lulusan SMA juga disebutnya bisa cepat beradaptasi dengan sistem untuk bisa bekerja dengan baik. Adapun biaya terbesar industri pengiriman ekspres umumnya bukan berasal dari SDM melainkan biaya transportasi. Biaya transportasi itu berupa jasa pengiriman via pesawat, kereta api, maupun kapal laut. Biaya itulah yang paling menekan bisnis pengiriman ekspres. Baca Juga: Setelah Go pay, kini JNE jalin kerjasama dengan OVO Namun, kata Budi, pihaknya tidak khawatir karena beberapa perusahaan transportasi seperti PT Garuda Indonesia Tbk mulai menghadirkan pesawat khusus kargo. Pesawat ini, bisa menekan biaya transportasi industri pengiriman ekspres. “Selama ini kan kalau lewat pesawat penumpang barang harus dikonsolidasi sampai minimal 10 kilogram. Dengan freighter tidak perlu,” katanya. Budi menyarankan agar pemerintah sebaiknya juga mulai memberlakukan aturan yang mendorong industri penerbangan bermain di sektor kargo. Karena dia yakin, bisnis kargo bisa cukup manis untuk menambah pendapatan maskapai di Indonesia.