JAKARTA. Arah angin mulai berubah. Ketidakpastian ekonomi global tak lagi mendukung mendukung Bank Indonesia (BI) untuk melonggarkan kebijakan moneternya. Hasil pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) menjadi pemicunya. Oleh karena itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini diperkirakan tidak lagi memutuskan untuk memangkas 7-Day Reverse Repo Rate. Sejumlah ekonom mengatakan, BI akan lebih hati-hati dalam memutuskan arah kebijakannya. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, tekanan terhadap nilai tukar rupiah menjadi indikator penting yang harus diperhatikan. Di samping itu, dia memperkirakan, AS akan lebih agresif terhadap kebijakan moneternya.
Ruang pelonggaran moneter BI mulai tertutup
JAKARTA. Arah angin mulai berubah. Ketidakpastian ekonomi global tak lagi mendukung mendukung Bank Indonesia (BI) untuk melonggarkan kebijakan moneternya. Hasil pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) menjadi pemicunya. Oleh karena itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini diperkirakan tidak lagi memutuskan untuk memangkas 7-Day Reverse Repo Rate. Sejumlah ekonom mengatakan, BI akan lebih hati-hati dalam memutuskan arah kebijakannya. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, tekanan terhadap nilai tukar rupiah menjadi indikator penting yang harus diperhatikan. Di samping itu, dia memperkirakan, AS akan lebih agresif terhadap kebijakan moneternya.