Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 2,58% ke posisi 4.322. Penurunan kali ini disebabkan oleh angka inflasi yang dil uar dugaan mencapai 8,38%. Di saat yang bersamaan, bursa regional juga ikut terjungkal sehingga memberikan sentimen negatif bagi IHSG.Turunnya IHSG ini, menurut saya, hanya bagian dari volatilitas. Adapun, dana asing tampak mulai kembali masuk ke Indonesia. Sejak awal tahun, posisi net buy atau pembelian bersih investor asing tercatat sebesar Rp 4 triliun.Meski kondisi pasar sedang volatile seperti ini, investor harus tetap bertahan pada tujuan investasinya. Bagi investor yang membenamkan investasi untuk periode jangka panjang, tidak perlu melakukan perubahan pada alokasi pembelian portofolionya.Sedangkan, bagi investor jangka pendek, sebaiknya hindari dulu membeli reksadana saham. Adapun jika investor tetap ingin membeli reksadana ini, perhatikan reksadana mana yang tidak mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan IHSG. Investor mesti bisa mengevaluasi karakter risiko dari jenis reksadana yang mereka miliki.Untuk sektor pilihan, kami masih setia pada perbankan, konsumer, dan properti. Meskipun suku bunga acuan atau Bank Indonesia (BI) rate naik, kinerja perbankan Indonesia tidak terlalu terpengaruh. Apalagi bagi bank berskala besar, mereka punya kemampuan untuk menentukan rate-nya sendiri.Selain itu, sektor konsumer juga masih akan bertumbuh karena kuatnya konsumsi domestik. Sementara bagi sektor properti, permintaan pasar pun tetap tinggi. Kenaikan suku bunga memang berdampak pada penurunan penjualan. Dalam jangka pendek, ini memberi efek negatif. Namun untuk jangka panjang, properti masih akan menguntungkan.Bagi investor yang berinvestasi tanpa tujuan pasti, ini saatnya membeli instrumen deposito dan obligasi. Pasalnya, saat ini terdapat deposito perbankan yang menjanjikan suku bunga hingga sebesar 12% per tahun. Selain itu, yield atau imbal hasil obligasi pun telah mencapai 10%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rudiyanto: Tetap pada tujuan investasi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 2,58% ke posisi 4.322. Penurunan kali ini disebabkan oleh angka inflasi yang dil uar dugaan mencapai 8,38%. Di saat yang bersamaan, bursa regional juga ikut terjungkal sehingga memberikan sentimen negatif bagi IHSG.Turunnya IHSG ini, menurut saya, hanya bagian dari volatilitas. Adapun, dana asing tampak mulai kembali masuk ke Indonesia. Sejak awal tahun, posisi net buy atau pembelian bersih investor asing tercatat sebesar Rp 4 triliun.Meski kondisi pasar sedang volatile seperti ini, investor harus tetap bertahan pada tujuan investasinya. Bagi investor yang membenamkan investasi untuk periode jangka panjang, tidak perlu melakukan perubahan pada alokasi pembelian portofolionya.Sedangkan, bagi investor jangka pendek, sebaiknya hindari dulu membeli reksadana saham. Adapun jika investor tetap ingin membeli reksadana ini, perhatikan reksadana mana yang tidak mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan IHSG. Investor mesti bisa mengevaluasi karakter risiko dari jenis reksadana yang mereka miliki.Untuk sektor pilihan, kami masih setia pada perbankan, konsumer, dan properti. Meskipun suku bunga acuan atau Bank Indonesia (BI) rate naik, kinerja perbankan Indonesia tidak terlalu terpengaruh. Apalagi bagi bank berskala besar, mereka punya kemampuan untuk menentukan rate-nya sendiri.Selain itu, sektor konsumer juga masih akan bertumbuh karena kuatnya konsumsi domestik. Sementara bagi sektor properti, permintaan pasar pun tetap tinggi. Kenaikan suku bunga memang berdampak pada penurunan penjualan. Dalam jangka pendek, ini memberi efek negatif. Namun untuk jangka panjang, properti masih akan menguntungkan.Bagi investor yang berinvestasi tanpa tujuan pasti, ini saatnya membeli instrumen deposito dan obligasi. Pasalnya, saat ini terdapat deposito perbankan yang menjanjikan suku bunga hingga sebesar 12% per tahun. Selain itu, yield atau imbal hasil obligasi pun telah mencapai 10%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News