Rugi Bersih Garuda Indonesia (GIAA) Membengkak 81,29% per Kuartal III 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat kerugian bersih US$131,22 juta atau setara sekitar Rp2,06 triliun pada kuartal III 2024. Angka tersebut membengkak 81,29% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam laporan keuangan yang diterima Kontan, pos kerugian tersebut berbanding terbalik dengan pos pendapatan usaha yang tercatat bertumbuh. 

Pendapatan usaha Garuda Indonesia tumbuh 15% sebesar US$2,56 miliar pada kuartal III 2024 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yakni US$2,23 miliar. Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan usaha ditopang oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17% (year-on-year) mencapai US$2,01 miliar.


Pendapatan penerbangan tidak berjadwal menyumbang kenaikan sebesar 6% dan pendapatan lainnya juga naik 8% dibandingkan dengan capaian hingga kuartal III di tahun sebelumnya.

"Kinerja operasional Garuda Indonesia turut merefleksikan pertumbuhan signifikan di mana penumpang sebesar 8,34 juta tersebut berasal dari pertumbuhan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yakni mencapai 59% untuk angkutan penumpang internasional atau sebesar 1,87 juta penumpang, sementara jumlah penumpang domestik juga naik hingga 41% atau sebesar 6,47 juta penumpang,” jelas Irfan dalam keterangan resmi, Minggu (3/11). 

Lebih lanjut, segmen kargo juga tercatat tumbuh 36% dari sebelumnya yaitu sebanyak 122,42 ribu ton menjadi 166,5 ribu ton angkutan kargo. Segmen angkutan kargo Garuda Indonesia mencatatkan kenaikan hingga 36% yakni sebesar 102,55 ribu ton kargo sampai dengan kuartal III 2024 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu 75,32 ribu ton kargo

Kontribusi tersebut juga didorong berkat angkutan kargo rute internasional sebanyak 43,71 ribu ton kargo yang meningkat signifikan 55%, dan angkutan kargo rute domestik yang turut naik 25% atau sebanyak 58,83 ribu ton kargo.

“Tidak dapat dipungkiri selaras dengan peningkatan aktivitas penerbangan di fase pascapandemi, Perusahaan mengalami tekanan kinerja atas beban usaha yang meningkat hingga 20% karena disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya yakni beban pemeliharaan dan perbaikan, beban pelayanan penumpang, beban kebandaraan, hingga beban operasional penerbangan. Hal ini yang berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan kinerja yang diyakini dapat berangsur membaik hingga akhir 2024,” imbuh Irfan. 

Namun demikian, lanjut Irfan, di tengah tren penurunan profitabilitas transportasi udara, Garuda Indonesia konsisten menjaga penguatan indikator kesehatan kinerja positif yaitu yang tercermin pada EBITDA yang meningkat sebesar 11% (YoY) menjadi US$685,81 juta, dan turut diperkuat oleh membaiknya posisi ekuitas Perusahaan meskipun masih dalam kondisi negatif. Peningkatan positif kondisi EBITDA tersebut juga turut menjadi indikator penting kondisi solvabilitas Perusahaan yang semakin menguat.

Memasuki periode kuartal terakhir di tahun 2024, Garuda Indonesia terus mengoptimalkan berbagai peluang untuk meningkatkan pendapatan usaha termasuk memastikan pelaksanaan atas berbagai aksi korporasi. 

Perusahaan melakukan penguatan alat produksi, pada November dan Desember mendatang, Garuda Indonesia akan menerima 2 pesawat narrow body Boeing B737-800NG dan potensi penambahan 2 pesawat narrow body lainnya (dalam tahap negosiasi) yang merupakan bagian dari rencana penambahan armada di tahun 2023 dan tahun 2024. 

Dengan kedatangan armada tersebut, Irfan berharap akselerasi kinerja operasional penerbangan Garuda Indonesia dapat terlaksana secara maksimal terutama dalam memanfaatkan periode peak season libur Natal dan Tahun Baru. 

Selanjutnya: Biaya Hidup Mahal, Jumlah Pendaftaran Pernikahan di China Turun

Menarik Dibaca: Ini Cara Menghilangkan Noda Darah dari Pakaian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati