KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jababeka Tbk (
KIJA) membukukan rugi bersih Rp 64,03 miliar pada tahun 2022. Rugi bersih ini membengkak dari Rp 5,16 miliar pada 2021. Padahal, pendapatan KIJA tercatat tumbuh 9% secara tahunan menjadi Rp 2,72 triliun pada tahun 2022. Tahun 2021, pendapatan perusahaan sebesar Rp 2,49 triliun. Pilar land development & property mencatat peningkatan pendapatan sebesar 8% menjadi Rp 1,37 triliun, yang didorong oleh peningkatan pada semua segmen di dalam pilar tersebut. Penjualan tanah matang menjadi kontributor utama dengan pertumbuhan 5,99% secara tahunan menjadi Rp 780,97 miliar.
Pendapatan dari pilar infrastruktur, meliputi listrik, air, air limbah, estate management, dan dry port meningkat 9% secara tahunan menjadi Rp 1,21 triliun.
Baca Juga: Jababeka (KIJA) Terus Ekspansi Bisnis, Ini Proyek Teranyarnya Untuk pendapatan berulang, dari pilar infrastruktur berkontribusi 45% terhadap total pendapatan pada tahun 2022, sama dengan tahun 2021. Pilar leisure & hospitality KIJA juga membukukan peningkatan pendapatan sebesar 30% menjadi Rp 122,6 miliar pada tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari vila dan pariwisata, golf, serta agribisnis dan konsultasi masing-masing sebesar Rp 9,2 miliar, Rp 13,3 miliar, dan Rp 6,7 miliar pada tahun 2022. Laba kotor KIJA meningkat 28% secara tahunan menjadi Rp 1,4 triliun pada tahun 2022. Marjin laba kotor konsolidasi KIJA meningkat menjadi 51% pada tahun 2022, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 44%. Sekretaris Perusahaan PT Jababeka Tbk Muljadi Suganda menerangkan, alasan utama peningkatan ini adalah perolehan marjin laba kotor yang lebih tinggi pada pilar infrastruktur, yang meningkat dari 29% di tahun 2021 menjadi 40% di tahun 2022. "Terutama disebabkan adanya penerimaan sebagian atas tagihan yang tertunda di Bekasi Power yang berasal dari tagihan dari bulan Oktober 2021 hingga Januari 2022, sedangkan biaya produksi yang terkait dengan tagihan tersebut telah dibukukan sebagian besar di tahun sebelumnya," jelasnya dalam keterbukaan informasi, Jumat (24/3). Meski begitu, KIJA mencatatkan kenaikan rugi bersih sepanjang 2022. Mujladi menjelaskan, faktor utama yang menyebabkan hal itu adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama tahun 2022 yang lebih besar dibandingkan tahun 2021. "Sebagai akibat dari pelemahan tersebut, Jababeka mencatatkan rugi selisih kurs sebesar Rp 420,35 miliar pada tahun 2022, dibandingkan dengan rugi selisih kurs tahun 2021 sebesar Rp 46,77 miliar," terangnya.
Baca Juga: Resmikan Jababeka Medical City, KIJA Bakal Kembangan Industri Kesehatan di Indonesia Dari sisi EBITDA, KIJA mencatatkan nilai sebesar Rp 1,08 triliun, meningkat 33% dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar Rp 817,1 miliar. Sepanjang 2022, KIJA membukukan marketing sales sebesar Rp 1,72 triliun. Realisasi itu melampaui target 2022 sebesar Rp 1,7 triliun dan naik 21% dari pencapaian 2021 sebesar Rp 1,42 triliun. Untuk tahun ini, KIJA menargetkan marketing sales sebesar Rp 2 triliun, atau 16% lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian tahun 2022.
"Optimisme didukung oleh pipeline penjualan lahan industri yang solid dan menjanjikan di Cikarang dan Kendal," katanya. KIJA memproyeksikan, sebesar Rp 1 triliun dari target tersebut berasal dari Cikarang dan lainnya (tidak termasuk JV), yang terdiri Rp 750 miliar dari tanah matang dan bangunan industri, serta Rp 250 miliar dari properti residensial dan komersial di Cikarang dan lainnya. Sisanya sebesar Rp 1 triliun berasal dari perusahaan-perusahaan joint venture, di mana Kendal merupakan kontributor terbesar dengan target marketing sales sebesar Rp 800 miliar dan sisanya dari proyek residensial serta komersial. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi