KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re mencatatkan perbaikan kinerja pada separuh pertama atau semester I 2023 meskipun masih dalam posisi rugi. Mengacu pada laporan keuangan, Indonesia Re membukukan rugi yang menyusut sebesar 86,18% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 6,25 miliar pada Juni 2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya rugi sebesar Rp 45,29 miliar. Indonesia Re mencatat adanya penurunan jumlah pendapatan premi neto sebesar 7,30% yoy menjadi Rp 1,35 triliun di Juni 2023, dibandingkan Juni 2022 yang senilai Rp 1,46 triliun.
Jumlah beban klaim neto Indonesia Re juga tampak merosot sebesar 15,41% yoy menjadi Rp 1,26 triliun di Juni 2023, dibandingkan perolehan Juni 2022 sebesar Rp 1,49 triliun. Namun, jika dilihat cadangan klaim Indonesia Re mengalami peningkatan 19,93% yoy menjadi Rp 4,02 triliun di Juni 2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,35 triliun. Meski begitu, Indonesia Re membukukan total aset yang meningkat 4,78% yoy menjadi Rp 10,74 triliun di semester I 2023, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 10,25 triliun.
Baca Juga: BEI Buka Suara Terkait Maraknya Perusahaan Batal IPO Selain itu, dari sisi permodalan (ekuitas) Indonesia Re mencatatkan adanya kenaikan tipis sebesar 1,62% yoy menjadi Rp 2,66 triliun pada semester I 2023, dibandingkan semester I 2022 yang sebesar Rp 2,61 triliun. Lebih lanjut, dari sisi rasio solvabilitas (RBC) Indonesia Re mengalami penigkatan dari 130,36% pada Juni 2022, menjadi 132,30%. Sementara itu, pada posisi Mei 2023 RBC Indonesia Re berada di level 129,17%. Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu menyampaikan bahwa adanya peningkatan tingkat RBC menunjukkan adanya perbaikan kinerja keuangan Indonesia Re yang membawa dampak positif terhadap stabilitas dan kecukupan modal perusahaan untuk menghadapi risiko.
“Kami menargetkan
gross premi Perusahaan pada 2023 secara Konsolidasi adalah Rp 6,42 Triliun dan target HUB di tahun 2023 adalah sebesar Rp 272 miliar. Penetapan target ini sendiri membuat kami merumuskan berbagai strategi dan langkah yang akan kami lakukan dalam menstabilkan kinerja keuangan dan rasio RBC,” ujarnya dalam rilis resmi, Senin (31/7). Benny mengungkapkan, ada dua langkah yang masih terus dilakukan, yaitu langkah organik dan anorganik. Organik antara lain, perbaikan dalam proses
underwriting, perbaikan pengelolaan investasi, perbaikan pengelolaan
cash flow (utang piutang) dan efisiensi biaya. “Sedangkan langkah strategi yang dilakukan secara anorganik adalah dengan proses pengajuan penambahan modal melalui PMN (Penyertaan Modal Negara) untuk meningkatkan rasio RBC Perusahaan,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Lamgiat Siringoringo