JAKARTA. Rumah Potong Ayam (RPA) di beberapa daerah sudah berancang-ancang meningkatkan volume pemotongannya. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang bulan puasa. RPA PT Ciomas Adisatwa di Parung, Kabupaten Bogor misalnya akan meningkatkan volume pemotongannya hingga 50%. "Peningkatan itu akan dilakukan tiga hari menjelang bulan puasa," kata Fejril Nizar, Kepala RPA Ciomas,Senin (18/7). Pada hari-hari biasa, RPA Ciomas mampu memotong 20.000 ekor ayam pedaging. Nantinya, jumlah itu akan ditingkatkan menjadi 30.000 ekor per hari.
Fejril bilang, peningkatan volume pemotongan sebanyak itu sudah maksimal. Pasalnya, ketersediaan ruang dan tenaga kerja RPA Ciomas tidak memungkinkan untuk memotong ayam lebih banyak lagi, meskipun pasokan ayam hidup cukup memadai. Selama ini, RPA Ciomas mendapatkan pasokan ayam hidup dari para peternak di kawasan sekitar Bogor dan Tangerang. Hasil pemotongan ayam itu dipasarkan ke pasar modern dan supermarket di kawasan Jakarta, Bogor, Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dalam bentuk ayam segar. PT Sierad Produce Tbk akan meningkatkan volume produksi ayam potong hingga 30% dari hari biasa. Namun, hal itu juga tergantung pada pasokan. Sierad sudah memiliki peternakan sendiri sebanyak 14 lokasi dan kemitraan dengan 2.000 peternak yang sebagian besar tersebar di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. "Yang pasti, kapasitas kami masih mencukupi untuk memperbesar produksi," jelas Elies Lestari, Kepala Sekretaris Perusahaa Sierad. Kapasitas produksi RPA utama Sierad yang berada di Parung, Bogor masih besar, mencapai 8.000 ekor ayam per jam atau 128.000 ekor per hari. Selama ini, utilisasi produksinya hanya 60.000 ekor per hari. "Kalau kita mau meningkatkan produksi, itu mudah dilakukan," jelas Elies. Disamping itu, Sierad juga baru selesai membangun satu unit RPA di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur berkapasitas 2.000 ekor ayam per jam. Rencananya, RPA itu mulai beroperasi akhir bulan Juli ini. hasil produksi RPA Mojokerto untuk memenuhi kebutuhan daging ayam di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa wilayah di Indonesia timur. RPA milik Pemerintah Kota Bogor juga ancang-ancang meningkatkan kapasitas produksinya hingga 100%. Biasanya, mereka hanya memotong 300-500 ayam pedaging. "Volume pemotongan bisa diperbesar menjadi 600-1.000 ekor," kata Wina, Kepala RPH Pemerintah Kota Bogor. Untuk menopang kegiatan produksinya, RPA Kota Bogor selama ini biasa mengambil ayam dari para peternak di Kabupaten Bogor. Wina bilang, pihaknya memang agak susah mendapatkan pasokan ayam dari Kota Bogor sendiri. Pasalnya, jumlah peternak di Kota Bogor sangat sedikit. Sebaliknya, jumlah peternak di Kabupaten Bogor lumayan banyak, sehingga mereka bisa menghasilkan ayam lebih banyak. Sejauh ini, ayam hasil pemotongan di RPA Kota Bogor disalurkan ke tujuh pasar yang tersebar di Kota Hujan itu.
Hartono, Ketua Umum Pusat Informasi Pemasaran Unggas (Pinsar Unggas), Hartono mengatakan, pasokan daging ayam memang akan memadai pada bulan puasa hingga lebaran mendatang. Perhitungannya, pasokan ayam untuk satu bulan ke depan bisa mencapai 190 juta ekor, lebih tinggi dari pasokan normal yang biasanya hanya 160 juta ekor per bulan. "Suplai sudah disiapkan dengan baik untuk sebulan ke depan," ujar Hartono. Memang, permintaan daging ayam broiler saat puasa hingga lebaran akan naik. Otomatis, kenaikan itu akan menyebabkan harga semakin mahal. "Ini bukan karena kebijakan RPA, tapi harga itu tergantung pada permintaan dan pasokan," jelas Fejril. Saat ini, RPA yang dipimpin Fejril membanderol harga sebesar Rp 24.000-Rp 25.000 per ekor. Elies juga mengungkapkan hal yang senada. Menurutnya, Sierad tidak mungkin mereguk keuntungan melimpah dengan jalan menaikkan harga dengan seenaknya. Sierad tidak mau mengambil risiko ditinggalkan para pembeli jika menjual ayam dengan harga seenaknya. "Penentuan harga tentu harus didasarkan pada tren pasar," tandas Elies. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto