JAKARTA. Di tengah hiruk-pikuk pemukiman padat Jakarta, berdiri sebuah bangunan yang mencolok dengan warna putih yang mencerminkan kesederhanaan namun kokoh. Itulah Rumah Susun Barokah, proyek hunian empat lantai yang baru saja diresmikan beberapa bulan lalu. Dibangun melalui kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Rumah Susun Barokah membawa konsep baru yang belum pernah diimplementasikan sebelumnya di Indonesia: konsolidasi tanah vertikal. Bangunan ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol harapan bagi sembilan keluarga yang kini menghuni unit-unitnya. Salah satunya adalah Sri Lestari yang tinggal di lantai dua bersama anak dan cucunya. Sebelumnya, Sri harus tinggal di rumah orang tua yang sempit, bertingkat, dengan luas yang hanya 3x2 meter per lantai. Kini, ia merasa lega dengan ruang yang lebih layak dan sehat, terutama bagi cucunya yang memiliki riwayat penyakit serius seperti hidrosefalus dan infeksi paru-paru. "Di sini udaranya lebih segar dan fasilitasnya lebih mendukung untuk kondisi cucu saya," ujarnya. Rumah Susun Barokah dibangun dengan pendekatan inovatif. Setiap unitnya memiliki luas 18 meter persegi, yang jauh lebih besar dibandingkan rumah-rumah kecil yang ada di pemukiman sekitarnya. Bangunan ini memiliki total sembilan unit yang tersebar di tiga lantai, sementara lantai dasar difungsikan sebagai ruang interaksi bersama bagi masyarakat.
Rumah Susun Barokah: Mengubah Wajah Hunian di Tengah Kota Jakarta
JAKARTA. Di tengah hiruk-pikuk pemukiman padat Jakarta, berdiri sebuah bangunan yang mencolok dengan warna putih yang mencerminkan kesederhanaan namun kokoh. Itulah Rumah Susun Barokah, proyek hunian empat lantai yang baru saja diresmikan beberapa bulan lalu. Dibangun melalui kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Rumah Susun Barokah membawa konsep baru yang belum pernah diimplementasikan sebelumnya di Indonesia: konsolidasi tanah vertikal. Bangunan ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol harapan bagi sembilan keluarga yang kini menghuni unit-unitnya. Salah satunya adalah Sri Lestari yang tinggal di lantai dua bersama anak dan cucunya. Sebelumnya, Sri harus tinggal di rumah orang tua yang sempit, bertingkat, dengan luas yang hanya 3x2 meter per lantai. Kini, ia merasa lega dengan ruang yang lebih layak dan sehat, terutama bagi cucunya yang memiliki riwayat penyakit serius seperti hidrosefalus dan infeksi paru-paru. "Di sini udaranya lebih segar dan fasilitasnya lebih mendukung untuk kondisi cucu saya," ujarnya. Rumah Susun Barokah dibangun dengan pendekatan inovatif. Setiap unitnya memiliki luas 18 meter persegi, yang jauh lebih besar dibandingkan rumah-rumah kecil yang ada di pemukiman sekitarnya. Bangunan ini memiliki total sembilan unit yang tersebar di tiga lantai, sementara lantai dasar difungsikan sebagai ruang interaksi bersama bagi masyarakat.