JAKARTA. Setelah menyentuh posisi baru di level Rp 12.000 per dollar Amerika Serikat (AS), rupiah pagi hari ini pukul 08.36 WIB (29/11) kembali menguat 0,34% menjadi Rp 11.978 per dolar AS.Sebagaimana diketahui, kemarin (28/11), rupiah menyentuh Rp 12.018 per dolar AS, atau level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) yang ditetapkan pada hari yang sama adalah Rp 11.930.Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meminta seluruh pihak untuk tenang dalam menyikapi melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ini. Menurut Agus, kondisi melemahnya rupiah ini tidak bisa disikapi dengan panik."Mohon kita semua tetap tenang, tidak kemudian menjadi panik dan tetap bisa menjalankan kegiatan dengan baik," kata Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/11).Agus bilang, melemahnya rupiah yang merupakan level terlemah sejak Maret 2009 lalu dan telah mencapai 2,5% ini, mendapat pengaruh dari kondisi global dan domestik Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah rencana penghentian stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang diperkirakan akan dilakukan pada waktu dekat.Kondisi ini dinilai Agus sebagai kondisi panas dingin atau risk on risk off. Selain itu, menjelang akhir tahun, di mana banyak sekali pihak yang melakukan perubahan posisi investasinya, juga merupakan faktor yang turut membuat rupiah menjadi naik turun. Meski begitu, Agus bilang, kondisi nilai tukar rupiah saat ini merupakan kondisi yang mencerminkan fundmental ekonomi Indonesia."Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini masih selaras dengaan nilai tukar dari regional kita," tegas Agus.Agus mencontohkan, terdapat beberapa mata uang negara regional lain yang nilai tukarnya mengalami depresiasi lebih dalam ketimbang Indonesia. Selain itu, kondisi dalam negeri berupa defisit neraca transaksi berjalan yang sudah terjadi selama 26 bulan, turut mendorong terjadinya depresiasi rupiah."Kondisi pasar uang saat ini jika dibandingkan semester I-2013 khususnya pasar valas jauh lebih efisien, jauh lebih likuid. Pelaku pasar yang membutuhkan valas dapat memperoleh valas. Kondisi ini betul-betul mencerminkan kondisi satu pricing yang convergen," kata Agus.Karena itu, menurut Agus, kondisi pelemahan rupiah saat ini masih terjaga stabilitasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah 12.000, Gubernur BI: Jangan panik
JAKARTA. Setelah menyentuh posisi baru di level Rp 12.000 per dollar Amerika Serikat (AS), rupiah pagi hari ini pukul 08.36 WIB (29/11) kembali menguat 0,34% menjadi Rp 11.978 per dolar AS.Sebagaimana diketahui, kemarin (28/11), rupiah menyentuh Rp 12.018 per dolar AS, atau level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) yang ditetapkan pada hari yang sama adalah Rp 11.930.Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meminta seluruh pihak untuk tenang dalam menyikapi melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ini. Menurut Agus, kondisi melemahnya rupiah ini tidak bisa disikapi dengan panik."Mohon kita semua tetap tenang, tidak kemudian menjadi panik dan tetap bisa menjalankan kegiatan dengan baik," kata Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/11).Agus bilang, melemahnya rupiah yang merupakan level terlemah sejak Maret 2009 lalu dan telah mencapai 2,5% ini, mendapat pengaruh dari kondisi global dan domestik Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah rencana penghentian stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang diperkirakan akan dilakukan pada waktu dekat.Kondisi ini dinilai Agus sebagai kondisi panas dingin atau risk on risk off. Selain itu, menjelang akhir tahun, di mana banyak sekali pihak yang melakukan perubahan posisi investasinya, juga merupakan faktor yang turut membuat rupiah menjadi naik turun. Meski begitu, Agus bilang, kondisi nilai tukar rupiah saat ini merupakan kondisi yang mencerminkan fundmental ekonomi Indonesia."Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini masih selaras dengaan nilai tukar dari regional kita," tegas Agus.Agus mencontohkan, terdapat beberapa mata uang negara regional lain yang nilai tukarnya mengalami depresiasi lebih dalam ketimbang Indonesia. Selain itu, kondisi dalam negeri berupa defisit neraca transaksi berjalan yang sudah terjadi selama 26 bulan, turut mendorong terjadinya depresiasi rupiah."Kondisi pasar uang saat ini jika dibandingkan semester I-2013 khususnya pasar valas jauh lebih efisien, jauh lebih likuid. Pelaku pasar yang membutuhkan valas dapat memperoleh valas. Kondisi ini betul-betul mencerminkan kondisi satu pricing yang convergen," kata Agus.Karena itu, menurut Agus, kondisi pelemahan rupiah saat ini masih terjaga stabilitasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News