JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan perbankan nasional memiliki daya tahan baik menghadapi gejolak nilai tukar rupiah hingga level Rp 14.000 per dollar AS. Namun, beberapa bank melakukan uji daya tahan sendiri lantaran kondisi rupiah sudah lebih buruk ketimbang batas uji tersebut. Direktur Keuangan PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk, Thilagavathy Nadason mengatakan, bank ini masih baik dengan pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp 14.500 per dollar AS. Dalam waktu dekat, dia bilang, BII akan melakukan stress test dengan skenario rupiah memburuk sampai Rp 16.000 per dollar AS. "Kesimpulannya, bisnis BII masih berjalan dengan baik karena kecukupan modal dan likuiditas dana cukup dengan skenario nilai tukar rupiah sampai Rp 14.500 per dollar AS. Sekarang kami akan stress test ulang karena pelemahan rupiah sudah melewati level 14.000," kata Thila di Jakarta, Senin (24/8).
Stress test dengan skenario nilai tukar rupiah yang melemah ke level Rp 16.000 per dollar AS ini, menurut Thila, dilakukan untuk penghitungan rasio kecukupan modal (CAR), likuiditas dana, serta meneropong rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) untuk tiga bulan ke depan. "Dengan skenario itu juga akan kami tambahkan kebutuhan seperti apa, untuk kemampuan bisnis," ucap Thila. Dia menambahkan, transaksi dalam denominasi dollar AS saat ini sebagian besar dilakukan oleh korporasi besar, perusahaan BUMN dan juga bank BUMN. BII tidak terlalu khawatir dengan pelemahan kurs lantaran sebagain besar bisnis perusahaan dilakukan dengan denominasi rupiah. "Saya tidak khawatir tetapi kami tetap akan melakukan stress test. Tapi yang lebih penting lagi agar semua masyarakat dan pengusaha tidak panik," kata Thila. Sebab, menurut dia, kondisi tahun ini dengan 1998 sangat berbeda. Indonesia sedang tidak menuju ke krisis tersebut. "Saran saya adalah masyarakat jangan panik dan jangan berasumsi karena tidak ada masalah yang berat. Saya sarankan juga belanja pemerintah dipercepat sehingga permintaan kredit bisa naik," jelas Thila.