Rupiah akan anteng menjelang BI rate



JAKARTA. Pada hari Rabu (10/4) kemarin, rupiah ditutup menguat ke level 9.690. Penguatan ini didukung oleh adanya intervensi Bank Indonesia (BI) untuk tetap menjaga rupiah berada di level aman 9.700.Analis rupiah dari Kencana Finance CIMB Niaga Rahadyo Anggoro mengungkapkan, penguatan itu didasari oleh pernyataan Agus Martowardojo yang menyatakan bahwa pemerintah saat ini cukup nyaman dengan kurs rupiah yang berada di level 9.700. Selain itu, menurut Anggoro, penguatan rupiah didukung oleh sentimen regional di mana tingkat impor China naik melampaui estimasi pada Maret dan tingkat ekspor mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 10% dibanding tahun sebelumnya.Itu sebabnya, dia memprediksi, pergerakan USD/IDR masih cenderung stabil di kisaran 9.685-9.715. "Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah keputusan BI apakah akan tetap mempertahankan BI rate di level 5,75% atau menaikkan BI rate, mengingat tingkat inflasi Indonesia hingga bulan Maret 2013 cukup tinggi," kata Anggoro pada Kamis (11/4).Selain itu, lanjut Anggoro, pemerintah perlu memperhatikan cadangan devisa yang semakin turun. Data BI menunjukkan, per 28 Maret 2013, cadangan devisa tercatat sebesar US$ 104,8 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan akhir Februari 2013 yang mencapai US$ 105,18 miliar."Penurunan cadangan devisa ini merupakan konsekuensi dari langkah intervensi rupiah yang dilakukan oleh BI. Hanya saja, jika dibanding dengan Januari dan Februari lalu penurunan cadangan devisa semakin kecil," ucap Anggoro.Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat pasar uang David Sumual. Menurutnya, pergerakan USD/IDR pada hari ini tidak banyak mengalami perubahan. Padahal, kata David, ekspektasi pasar menyangkut BI Rate adalah menaikkan BI rate."Kalau ada perubahan ini, maka akan menjadi kejutan di pasar," kata David.David juga berpendapat, rupiah masih akan stabil di level 9.700-an karena dipengaruhi oleh tingkat inflasi inti yang tidak berubah pada level 4,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie