KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi masih akan diliputi sentimen yang sama pada perdagangan pasar spot Senin (4/2) mendatang. Jumat (1/2), rupiah ditutup menguat 0,18% di posisi Rp 13.948 per dollar Amerika Serikat (AS). Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menguat 0,67% ke level Rp 13.978 per dollar AS, dari posisi Rp 14.072 per dollar AS. Keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga di level 2,25%-2,5% karena perlambatan ekonomi global, masih akan memberi kekuatan kepada mata uang utama Asia terhadap dollar AS sampai pekan depan. Kekuatan tersebut diprediksi juga akan diterima oleh mata uang Garuda. Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual menambahkan, beberapa rilis data di AS dan Indonesia akan ikut berdampak menyokong penguatan rupiah. Beberapa di antaranya adalah rilis data payroll nonpertanian AS yang menunjukkan hasil kenaikan upah yang rendah. Selain data payroll, data ketenagakerjaan AS yang dirilis kemarin juga menunjukkan ada sekitar 304.000 pekerjaan baru, melampaui target 165.000 lapangan pekerjaan. Tapi, angka pengangguran naik secara signifikan menjadi 4,0%. Inilah yang makin membuat dollar AS makin sensitif terhadap pasar emerging market. “Dari sisi internal, rilis data inflasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukan hasil yang bagus, tingkat inflasi Januari sebesar 2,82% dan yield (imbal hasil) obligasi negara sebesar 7,89%, net yield negara sebesar 5,07%,” ujar David pada Jumat (31/1). Dirinya juga menambahkan investor asing tetap masuk melalui pasar Surat Berharga Negara (SBN), sehingga yield obligasi negara turun ke angka 7,89%. “Bersamaan dengan itu, pertemuan AS dan China juga membuahkan optimisme bagi pelaku pasar, dan ini yang wajib dipantau,” tambahnya. Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra mengatakan, rupiah masih akan terus dihinggapi banyak sentimen positif pada perdagangan Senin esok. Selain sentimen eksternal berupa keputusan The Fed dan perundingan perang dagang antara China dan AS, rilis produk domestik bruto Indonesia yang positif akan membantu penguatan rupiah besok. “Jika hasilnya lebih tinggi dari sebelumnya atau paling tidak lebih tinggi dari ekspetasi, maka penguatan rupiah bisa lebih tajam lagi,” jelas Putu pada Jumat (1/2). Putu memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.850 per dollar AS-Rp 14.030 per dollar AS pada perdagangan besok. David memprediksi pergerakan rupiah pada Senin (4/2) tidak akan banyak berubah dari Jumat lalu. “Apalagi Senin itu hari kejepit ya, tidak akan begitu banyak yang terjadi selain rilisan data selanjutnya,” ucapnya. David memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.950- Rp 14.000 pada perdagangan besok. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah akan bertahan di bawah Rp 14.000 per dollar AS
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi masih akan diliputi sentimen yang sama pada perdagangan pasar spot Senin (4/2) mendatang. Jumat (1/2), rupiah ditutup menguat 0,18% di posisi Rp 13.948 per dollar Amerika Serikat (AS). Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menguat 0,67% ke level Rp 13.978 per dollar AS, dari posisi Rp 14.072 per dollar AS. Keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga di level 2,25%-2,5% karena perlambatan ekonomi global, masih akan memberi kekuatan kepada mata uang utama Asia terhadap dollar AS sampai pekan depan. Kekuatan tersebut diprediksi juga akan diterima oleh mata uang Garuda. Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual menambahkan, beberapa rilis data di AS dan Indonesia akan ikut berdampak menyokong penguatan rupiah. Beberapa di antaranya adalah rilis data payroll nonpertanian AS yang menunjukkan hasil kenaikan upah yang rendah. Selain data payroll, data ketenagakerjaan AS yang dirilis kemarin juga menunjukkan ada sekitar 304.000 pekerjaan baru, melampaui target 165.000 lapangan pekerjaan. Tapi, angka pengangguran naik secara signifikan menjadi 4,0%. Inilah yang makin membuat dollar AS makin sensitif terhadap pasar emerging market. “Dari sisi internal, rilis data inflasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukan hasil yang bagus, tingkat inflasi Januari sebesar 2,82% dan yield (imbal hasil) obligasi negara sebesar 7,89%, net yield negara sebesar 5,07%,” ujar David pada Jumat (31/1). Dirinya juga menambahkan investor asing tetap masuk melalui pasar Surat Berharga Negara (SBN), sehingga yield obligasi negara turun ke angka 7,89%. “Bersamaan dengan itu, pertemuan AS dan China juga membuahkan optimisme bagi pelaku pasar, dan ini yang wajib dipantau,” tambahnya. Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra mengatakan, rupiah masih akan terus dihinggapi banyak sentimen positif pada perdagangan Senin esok. Selain sentimen eksternal berupa keputusan The Fed dan perundingan perang dagang antara China dan AS, rilis produk domestik bruto Indonesia yang positif akan membantu penguatan rupiah besok. “Jika hasilnya lebih tinggi dari sebelumnya atau paling tidak lebih tinggi dari ekspetasi, maka penguatan rupiah bisa lebih tajam lagi,” jelas Putu pada Jumat (1/2). Putu memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.850 per dollar AS-Rp 14.030 per dollar AS pada perdagangan besok. David memprediksi pergerakan rupiah pada Senin (4/2) tidak akan banyak berubah dari Jumat lalu. “Apalagi Senin itu hari kejepit ya, tidak akan begitu banyak yang terjadi selain rilisan data selanjutnya,” ucapnya. David memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.950- Rp 14.000 pada perdagangan besok. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News