KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tren penguatan rupiah kemungkinan tertahan di perdagangan Rabu (13/3). Nilai tukar rupiah diperkirakan terkoreksi menjelang rilis data inflasi Amerika Serikta (AS) pada Selasa (12/3) malam. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan, rupiah kemungkinan melemah terbatas di perdagangan, Rabu (13/3). Proyeksi itu karena melihat pasar saat ini tertuju pada data inflasi Amerika Serikat (AS) yaitu Consumer Price Index (CPI) yang akan dirilis nanti malam. Meski ekspektasi pasar inflasi CPI tahunan bakal stagnan di level 3,1%, namun terdapat kemungkinan inflasi AS bakal meningkat ke 3,2%. Tanda inflasi meningkat yang terlihat dari penguatan indeks dolar AS saat ini di level 102. Sekeranjang mata uang pun terpantau melemah di hadapan dolar Amerika.
Namun, Ibrahim melihat, rupiah mungkin bisa berbalik menguat (rebound) di perdagangan Kamis dan Jumat. Hal itu seiring optimisme pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2024 dan kondisi perpolitikan dalam negeri yang stabil.
Baca Juga: Mata Uang Asia Berpotensi Lanjut Menguat Pekan Ini, Intip Sentimennya Rupiah pun diperkirakan tidak akan jatuh dalam karena bakal didukung laporan konsumen bulan Februari 2024, yang dirilis Rabu (13/3). Data ini juga akan menjadi indikasi positif untuk perdagangan hari berikutnya. “Rupiah kemungkinan melemah terbatas karena rilis inflasi AS diperkirakan tidak sesuai ekspektasi,” jelas Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (12/3). Sementara itu, Ibrahim menilai, penguatan rupiah selama pekan lalu karena tergiring ekspektasi pemangkasan suku bunga terjadi di bulan Juni. Pasar merespons data tenaga kerja Amerika yang tidak sesuai ekspektasi, sehingga membuat dolar AS melemah. Data Non Farm Payroll (NFP) AS di bulan Februari 2024 menambahkan 275.000 lapangan pekerjaan, mengalahkan perkiraan sebesar 200.000 dan lebih tinggi dari revisi turun 229.000 pada bulan Januari 2024. Sedangkan, tingkat pengangguran di Amerika Serikat naik menjadi 3,9% di Februari 2024, menyentuh level tertinggi sejak Januari 2022 dan melampaui ekspektasi pasar sebesar 3,7%. Jumat (8/3) pekan lalu, rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,42% secara harian ke level Rp 15.590 per dolar Amerika Serikat. Dalam sepekan, rupiah menguat sebesar 0,73% dari penutupan pekan lalu di Rp 15.704 per dolar AS.
Baca Juga: The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga, Bagaimana Dampaknya Bagi Pasar Obligasi Indonesia? Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengamati, rupiah menguat pekan lalu karena pelemahan dolar dan turunnya imbal hasil obligasi AS. The greenback lesu menyusul serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah dan tekanan inflasi yang mulai mereda. Sehingga, ini meningkatkan harapan pada prospek pemangkasan suku bunga oleh the Fed.
Dia turut menyoroti data inflasi AS akan menjadi penentu gerak rupiah di perdagangan Rabu (13/3). Inflasi Amerika diperkirakan akan stabil di 3.1%, namun inflasi inti diperkirakan akan turun ke 3.7% pada bulan Februari 2024. "Apabila sesuai dengan harapan, maka dolar AS diperkirakan akan kembali melanjutkan perlemahan dan rupiah akan menguat,” ujar Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (12/3). Lukman memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.500 – Rp 15.650 per dolar AS. Sementara, Ibrahim memperkirakan rupiha kemungkinan bergerak dalam rentang
Rp 15.540 - Rp15.630 per dolar AS di perdagangan Rabu (13/3). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat