Rupiah Ambruk Posisi Paling Lemah Sejak April 2020



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah pekan ini babak belur dihantam sentimen eksternal dan internal. Nilai tukar rupiah mencapai level paling lemah sejak awal April 2020 atau dalam lebih dari empat tahun terakhir. 

Kekhawatiran jebolnya APBN menambah beban rupiah yang tertekan prospek suku bunga tinggi Federal Reserve yang bertahan lama.

Mengutip Bloomberg, Jumat (14/6), rupiah spot pekan ini ditutup pada level Rp 16.412 per dolar Amerika Serikat (AS). Dalam sepekan rupiah melemah 1,33% dan melemah sekitar 0,87% secara harian.


Sementara itu, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.374 per dolar AS, Jumat (14/6). Secara mingguan rupiah terpantau turun 0,96% dan melemah sekitar 0,54% secara harian.

Baca Juga: Reksadana Saham Merana, Nasibnya Menanti Inflow Asing

Research and Development Trijaya Pratama Futures Alwi Assegaf mencermati, pelemahan rupiah pekan ini utamanya dipengaruhi faktor eksternal seiring penguatan dolar menjadi sentimen pemberat untuk rupiah. Seperti diketahui, The Fed malah mengisyaratkan suku bunga tinggi masih akan bertahan lama yang mengerek indeks dolar naik.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu kembali mempertahankan suku bunga stabil di 5,25%-5,50% di pertemuan FOMC bulan Juni, Rabu (12/6). Tak hanya itu, pejabat Fed mengungkapkan bakal hanya ada satu kali penurunan suku bunga tahun ini dan empat kali penurunan pada 2025, berubah dari rencana tiga kali pemangkasan bunga di tahun 2024 dan tiga kali di 2025.

Padahal, Alwi berujar, data inflasi produsen dan konsumen AS yakni Produser Price Index (PPI) dan Consumer Price Index (CPI) telah melandai, serta angka klaim pengangguran terpantau naik. Pelaku pasar tadinya berharap dengan inflasi mendingin akan mendorong pemangkasan bunga acuan lebih awal, namun sebaliknya The fed masih teguh mempertahankan suku bunga tinggi.

Dari dalam negeri, Alwi melihat, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menambah beban bagi rupiah. Banyak investor minggat dari pasar saham Indonesia di sepekan terakhir.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Turun 1,5% Jadi US$ 398,3 Miliar Pada April 2024

Dia mengatakan, ambruknya pasar saham tanah air di pekan ini berkaitan dengan pandangan dari Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight. Perusahaan aset global itu khusus menyoroti kampanye dari calon presiden terpilih yakni Prabowo Subianto terkait makan siang dan susu gratis yang berpotensi menimbulkan beban fiskal besar.

“Penurunan peringkat di tengah kekhawatiaran APBN membengkak di pemerintahan baru menambah beban rupiah, sehingga melemah pekan ini,” kata Alwi saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/6).

Sementara itu, Alwi menilai bahwa untuk perdagangan pekan depan rupiah tampaknya belum lepas dari tekanan. Di tengah minimnya rilis data penting dari AS, pelaku pasar akan mencermati pernyataan dari sejumlah pejabat The Fed seperti Harker, Kugler, serta Goolsbee.

Dari domestik, rupiah di awal pekan bakal minim pergerakan seiring pasar keuangan libur karena adanya libur Idul Adha. Di tengah pekan rupiah akan menantikan rilis neraca perdagangan yang diperkirakan akan menyusut jadi US$ 1 miliar, sehingga menjadi sentimen negatif.

Baca Juga: Turun, Utang Luar Negeri Indonesia Sebesar US$ 398,3 Miliar Pada April 2024

Setelah itu, mata investor akan tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% pada 19–20 Juni 2024.

“Meski tidak ada event besar dari AS pekan depan, tetapi ada banyak pidato pejabat The Fed karena pasar ingin tahu apakah para pemangku kebijakan masih menggaungkan hal yang sama. Bila kembali bernada hawkish, maka akan mengerek dolar AS dan buruk bagi rupiah,” ucap Alwi.

Dengan berbagai faktor tersebut, Alwi memproyeksi rupiah akan berada di area support Rp 16.270 per dolar AS dan area resistance Rp 16.850 per dolar AS. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguji lagi area Rp 16.800 per dolar AS, yang sebelumnya sempat terjadi pada masa covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati