JAKARTA. Kinerja emiten sektor farmasi sepanjang enam bulan pertama tahun ini tidak menggembirakan. Dari sembilan emiten farmasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya empat emiten yang masih mencatatkan pertumbuhan laba. Mayoritas laba emiten farmasi menurun bahkan ada yang merugi. Berdasarkan catatan KONTAN, emiten farmasi yang membukukan peningkatan laba bersih paling tinggi adalah PT Merck Tbk (MERK) sebanyak 45,54% (lihat tabel). Salah satu pendorongnya adalah pendapatan MERK naik tinggi sebesar 32,33% selama semester I-2013. Emiten berkinerja terbaik kedua diduduki PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Vidjongtius, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan KLBF mengatakan, meski inflasi meningkat, permintaan produk farmasi masih tumbuh. Karena itu, KLBF masih mampu membukukan peningkatan pendapatan 18,85% menjadi Rp 7,42 triliun per Juni 2013.
Vidjongtius menyatakan, di semester II, KLBF tetap mengantisipasi volatilitas dollar AS agar tidak menggerus marginnya. Caranya dengan penghematan biaya produksi serta akan menaikkan harga jual obat. Cara itu sudah dilakukan KLBF pada enam bulan pertama tahun ini. Emiten farmasi ini menaikkan harga jual pada awal tahun. Strategi itu efektif mendatangkan hasil. Margin KLBF tetap terjaga kendati dollar AS menguat 5% terhadap rupiah selama semester I-2013. Sebagai catatan, tahun ini, KLBF menargetkan laba bersihnya naik 18% ketimbang tahun lalu. Berbekal strategi di atas, "Kami masih yakin bisa mencapai target tahun ini," jelas dia. Nasib jauh berbeda dialami dua emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF). INAF, misalnya, merugi Rp 9,29 miliar di semester I-2013 akibat penjualan merosot 14,45% menjadi Rp 346,23 miliar. Pada saat bersamaan, beban keuangan yang naik menjadi Rp 7,9 miliar dari sebelumnya Rp 6,4 miliar. Pergeseran tender pengadaan obat dari semester I ke semester II-2013 juga mengganjal penjualan INAF. Pasalnya, INAF harus menunggu daftar obat yang dipesan melalui sistem katalog elektronik (e-catalog). Pelemahan rupiah turut memperparah kinerja INAF. Direktur Keuangan INAF, Jhon Sebayang pernah menyatakan, 90% bahan baku farmasi berasal dari impor. Pelemahan rupiah sepanjang tahun ini berpotensi menaikkan 2%-3% harga pokok produksi. Beban meningkat KAEF lebih beruntung. Meski menurun, KAEF masih meraih laba bersih. Laba bersih KAEF turun 47,13% menjadi Rp 42,77 miliar, tertolong peningkatan pendapatan sebesar 9,93% menjadi Rp 1,74 triliun di paruh pertama tahun ini. Namun, beban pokok penjualan KAEF meningkat 14,81% menjadi Rp 1,24 triliun. Akibatnya, laba kotor KAEF menurun 1,91% menjadi Rp 497,73 miliar. Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri mengatakan, sepanjang semester I-2013, banyak tekanan yang mengadang industri farmasi. Namun, penurunan laba bersih emiten farmasi tak semuanya akibat tekanan kurs. Tekanan pelemahan rupiah baru terasa pada awal semester II-2013. "Banyak emiten salah strategi dalam produksi, sehingga beban meningkat," jelas dia.
Pada kuartal III ini, efek pelemahan rupiah lebih terasa pada emiten farmasi. Namun, jika bisa mengelola risiko kurs ini, margin laba emiten farmasih bisa meningkat. "Kalau manajemen tidak melakukan hedging akan berbahaya di semester ini karena akan menggerus laba," jelas dia. Dari seluruh emiten farmasi, Jhon hanya merekomendasikan buy untuk saham KLBF dengan target harga Rp 1.600 per saham dan saham TSPC dengan target harga Rp 4.800. Kemarin, harga KLBF 1,4% ke Rp 1.450. Sedangkan, harga TSPC turun 2,44% ke Rp 4.000.
Kinerja Emiten Farmasi | | | | | | | |
Semester I-2013 | | | | | | | |
(dalam miliar rupiah) | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> |
br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> |
Nama Emiten | Pendapatan | br /> | Pertumbuhan (%) | Laba (Rugi) Bersih | br /> | Pertumbuhan (%) | br /> |
| 30 Juni 2012 | 30 Juni 2013 | br /> | 30 Juni 2012 | 30 Juni 2013 | br /> | br /> |
Indofarma (INAF) | 404,73 | 346,23 | (14,45) | 6,14 | (9,29) | N/A | br /> |
Kalbe Farma (KLBF) | 6.243,95 | 7.421,13 | 18,85 | 807,20 | 921,99 | 14,22 | br /> |
Kimia Farma (KAEF) | 1.583,67 | 1.740,95 | 9,93 | 80,89 | 42,77 | (47,13) | br /> |
Tempo Scan Pacific (TSPC) | 3.233,67 | 3.330,27 | 2,98 | 409,28 | 429,38 | 4,91 | br /> |
Darya Varia Laboratoria (DVLA) | 578,25 | 600,14 | 3,78 | 82,89 | 78,64 | (5,11) | br /> |
Merck (MERK) | 492,73 | 652,01 | 32,33 | 80,37 | 116,97 | 45,54 | br /> |
Pyridam Farma (PYFA) | 89,01 | 82,32 | (7,52) | 3,41 | 1,56 | (54,25) | br /> |
Merck Sharp Dohme Pharma (SCPI) | 137,95 | 197,64 | 43,27 | (10,39) | (20,27) | 95,09 | br /> |
Taisho Pharmaceutical Indonesia (SQBB) | 210,51 | 230,49 | 9,49 | 75,86 | 84,57 | 11,48 | br /> |
br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> |
br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> |
Sumber: Laporan Keuangan Emiten, diolah | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> | br /> |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana