Rupiah Anjlok Nyaris ke Rp 16.300, Kemenkeu Pastikan Utang Pemerintah Aman



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan, melemahnya nilai tukar yang nyaris menyentuh Rp 16.300 per dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan mempengaruhi kondisi utang pemerintah.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan bahwa risiko dari pelemahan rupiah terhadap beban dan pengelolaan utang pemerintah akan tetap terkelola dengan baik.

"Ketika kita bayar kewajiban utang, kan tentu terpengaruh oleh kursnya, sehingga tentu kami juga mengelola ini dengan baik," kata Suminto kepada awak media, Selasa (11/6).


Suminto menjelaskan, saat ini portofolio utang pemerintah lebih didominasi oleh utang dengan denominasi rupiah dengan porsi mencapai 82%. Sementara, utang pemerintah dalam bentuk valas relatif lebih kecil hanya sebesar 18% dari total utang pemerintah.

Baca Juga: Permintaan Tambahan Anggaran Kementerian, Ekonom Sebut Defisit APBN Makin Lebar

"Dengan porsi utang valas kita yang 18% itu, Alhamdulillah risikonya cukup terkelola dengan baik," katanya.

Sebagai informasi, Kemenkeu mencatat posisi utang pemerintah kembali mengalami peningkatan per akhir April 2024.

Berdasarkan dokumen APBN Kita, utang pemerintah hingga 30 April 2024 tercatat Rp 8.338,43 triliun.

Secara nominal, posisi utang pemerintah tersebut bertambah Rp 76,33 triliun atau meningkat sekitar 0,92% dibandingkan posisi utang pada akhir Maret 2024 yang sebesar Rp 8.262,1 triliun.

Baca Juga: Kupon SBR 013 6,45% & 6,6%, Cek Cara Investasi Secara Online Modal Minimal Rp 1 Juta

Sementara itu, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,64%. Namun, ini menurun dari rasio utang terhadap PDB bulan sebelumnya yang mencapai 38,79%.

Kemenkeu menyatakan, rasio utang yang tercatat per akhir April 2024 ini masih di bawah batas aman 60% PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2024-2027 di kisaran 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi