JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah tak mempengaruhi pasar surat utang. Buktinya, penerbitan surat utang jangka menengah atau
medium term notes (MTN) tetap marak. Yang terbaru, PT Graha Sarana Duta menerbitkan MTN senilai Rp 120 miliar. Berdasarkan keterangan resmi perusahaan ini, MTN terbitan Graha Sarana menawarkan bunga tetap dengan pembayaran bunga pertama 6 September 2015. MTN ini bertenor lima tahun dan akan jatuh tempo pada 6 Maret 2020. Analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga memperkirakan, surat utang ini akan ditetapkan dengan bunga antara 10,5% hingga 11%. "Kupon tidak jauh berbeda dibandingkan tahun lalu," ujar Desmon.
Menurut Desmon, tekanan rupiah hingga level Rp 13.000 tidak akan mempengaruhi penerbitan MTN. Pasalnya, depresiasi nilai tukar diperkirakan hanya akan berlangsung sementara. "Selain itu, investor pembeli MTN biasanya berasal dari domestik sehingga tidak terpengaruh oleh nilai tukar," ujar dia. PT Sinar Gemilang Agro juga menerbitkan MTN senilai Rp 50 miliar. Surat utang ini bertenor lima tahun dan akan jatuh tempo 4 Maret 2020. Perusahaan ini menawarkan kupon sebesar 8% dengan frekuensi pembayaran bunga secara enam bulanan. Pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada 4 September 2015. Adapun yang bertindak sebagai
arranger adalah PT Sucorinvest Central Gani. PT Adhi Persada Properti juga menerbitkan MTN senilai Rp 100 miliar. Surat utang ini memiliki jangka waktu tiga tahun dan akan jatuh tempo 23 Januari 2018. MTN ini terbit dengan kupon 12% dengan frekuensi pembayaran kupon tiga bulanan. Pembayaran bunga pertama akan dilakukan 23 April 2015. Perusahaan telah menunjuk dua perusahaan efek, yakni PT Danareksa Sekuritas dan PT Indo Premier Securities sebagai arranger. Kupon lebih tinggi Pasar MTN sepanjang tahun 2015 diperkirakan tetap semarak. Desmon memperkirakan, penerbitan MTN hingga akhir tahun bisa berkisar Rp 5 triliun hingga Rp 10 triliun. Asumsi tersebut mempertimbangkan realisasi penerbitan MTN hingga akhir Februari yang sekitar Rp 255 miliar serta total MTN jatuh tempo tahun ini yang sekitar Rp 5,48 triliun dan US$ 220 juta. "Biasanya penerbitan MTN akan ramai di semester II," tutur Desmon. Ia meramal, penerbitan MTN masih akan didominasi oleh sektor keuangan seperti perbankan dan perusahaan multifinance. Selain itu, sektor konstruksi dan properti akan ikut meramaikan penerbitan MTN. "Sektor konstruksi dan properti akan membutuhkan pendanaan seiring outlook positif di sektor properti dan infrastruktur dalam beberapa tahun ke depan. Sehingga, emiten tersebut akan mencari pendanaan di pasar modal," ujar dia. Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie memperkirakan, pasar MTN tahun ini akan tumbuh moderat dengan total penerbitan berkisar Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi penerbitan tahun 2014 lalu yang mencapai Rp 9 triliun.
Roby menduga, penerbitan MTN tahun ini akan disumbang oleh refinancing MTN jatuh tempo. Berbeda dengan Desmon, menurut Roby, kemungkinan penerbitan MTN akan marak di semester I. Alasannya, emiten menghindari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed di semester II. Kenaikan suku bunga The Fed akan membuat kupon atau bunga surat utang juga meningkat. "Ini menyebabkan penerbitan MTN menjadi lebih mahal lagi setelah semester pertama tahun ini," tutur Roby. Sejumlah faktor mempengaruhi penerbitan MTN tahun ini. Di antaranya kondisi pasar dan ketatnya likuiditas yang memicu kian kompetitifnya penyerapan dana publik. Emiten kemudian memilih menerbitkan MTN yang diperkirakan akan lebih menarik investor di pasar. "Karena kupon yang ditawarkan relatif lebih tinggi," tutur Roby. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa