Rupiah Anjlok, Transaksi Jual Beli Valas di Money Changer Tetap Ngegas



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Tren pelemahan nilai rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (USD) masih terus bergulir.

Jika melihat riwayat pergerakannya, setidaknya rupiah telah melemah hingga 10% secara tahunan, dari sebelumnya masih di kisaran Rp 14.940 pada Juni 2023, naik pada di pasar spot dan ditutup di level Rp 16.430 per Kamis (20/6).

Kondisi depresiasi rupiah yang terus berlanjut ini dimanfaatkan oleh para spekulan dengan menjual dolar yang dimilikinya. Namun di sisi lain, pelemahan rupiah tampaknya tidak berpengaruh pada permintaan beli korporasi pada mata uang dolar. 


Padahal pelemahan rupiah memiliki dampak negatif bagi sejumlah perusahaan yang membutuhkan dolar dalam aktivitas bisnisnya.

Baca Juga: Nasabah Merapat, Cek Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri pada Selasa, 11 Juni 2024

Dalam reportase Kontan ke sejumlah kantor money changer di wilayah Jakarta, terlihat antrian orang untuk melakukan penukaran uang. Ambil contoh di kantor PT Dolarindo Intarvalas Primatama (Dolarindo) yang berlokasi di Melawai, Blok M.

Dengan pelemahan tren rupiah yang terus berlanjut sejak tahun lalu, manajemen membenarkan adanya peningkatan signifikan pada transaksi jual beli harian valas. Dengan Harga spot nilai tukar rupiah saat ini, Dolarindo menawarkan harga jual Rp16.000, dan harga beli Rp 16.430.

"Jika dibandingkan dari tahun lalu, terjadi peningkatan signifikan pada transaksi penjualan dolar, perkiraannya meningkat 100% dari tahun lalu," ungkap Iqbal Nur Yusuf, Supervisor Dollarindo Cabang Melawai kepada Kontan, Kamis (20/6).

Lebih lanjut Iqbal menjelaskan peningkatan penjualan dolar secara individu tersebut juga diimbangi dengan pembelian dolar dari segmen korporasi yang masih meningkat.

"Kalau perorangan biasa jual di rentang US$ 10.000 sampai US$ 20.000 (kisaran Rp 100 juta - Rp 300 juta), sementara kalau pembelian itu lebih banyak dari segmen perusahaan pertambangan, mereka biasa beli minimal US$ 50.000 sampai US$ 200.000 (kisaran Rp 821 juta hingga lebih dari Rp 3 miliar)," ungkap Iqbal.

Baca Juga: Sebelum Tukar Valas, Intip Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri pada Kamis (6/6)

Sementara itu di kantor money changer lainnya, seperti PT Binavalasindo Dolarasia Sejahtera Utama (Dolarasia) dan Royal Money Changer cabang Melawai, tampak aktivitas penukaran valas terlihat normal dan cenderung sepi menuju sore.

Staf Dolarasia M Hardiansyah mengatakan tidak ada peningkatan signifikan pada transaksi penukaran valas terhadap pelemahan rupiah yang.

"Aktivitas transaksi harian di Dolarasia seimbang, tidak ada peningkatan yang signifikan terhadap penjualan dollar maupun yang beli, justru ini lagi sepi," ungkap dia kepada Kontan.

Lebih lanjut Hardiansyah memperkirakan, dengan pelemahan rupiah saat ini cenderung banyak yang menahan untuk melakukan penukaran, baik untuk menjual maupun membeli dollar.

"Saya pikir mereka lagi menahan, karena kalau mau jual mereka tunggu Harga dolarnya naik lebih tinggi lagi, sebaliknya kalau mau beli mereka tunggu nilai rupiah menguat," ungkapnya.

Baca Juga: Cara Tukar Valas dan Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri Hari Ini Selasa (21/5)

Dolarasia sendiri menawarkan Harga jual mata uang dolar sebesar Rp 16.300 dan harga beli dolar di patok Rp 16.350

Cukup beberbeda dari lainnya, Dua Sisi Money Changer menawarkan Harga jual sebesar Rp 16.300, dan Harga beli dolar Rp 16.460

Staf kantor Dua Sisi Money Canger cabang Plaza Senayan, Yudi mengatakan pihaknya masih melayani aktivitas penukaran valas secara normal.

"Tidak ada peningkatan signifikan meski ada pelemahan rupiah, penjualan dan pembelian valas masih normal dan seimbang seperti hari biasanya," ungkap dia kepada Kontan.

Di sisi lain, meski penjualan dolar meningkat, pembelian dolar juga naik dari sisi korporasi, padahal para pengamat dan ekonom menilai pelemahan rupiah berdampak negatif pada perusahaan.

Baca Juga: Nasabah Wajib Intip Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri pada Jumat, 17 Mei 2024

"Dampaknya akan negatif untuk perusahaan yang berutang dalam mata uang USD, atau membeli bahan baku dari luar negeri," ungkap Budi Frensidy, Pengamat dan Ekonom Universitas Indonesia kepada Kontan, Kamis (20/6).

Senada, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengatakan dengan pelemahan nilai tukar rupiah ini akan akan berpotensi mempengaruhi perusahaan dan sektor ekonomi yang mengimpor bahan baku, dimana mereka akan menghadapi biaya yang lebih tinggi sehingga berpotensi menurunkan margin keuntungan dari perusahaan. 

"Mempertimbangkan bahwa perkembangan di pasar keuangan domestik saat ini dipengaruhi oleh faktor sentiment dari pasar keuangan global, oleh sebab itu tekanan pada nilai tukar Rupiah dan pasar keuangan domestik diperkirakan akan cenderung sementara," ungkap Josua kepada Kontan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli