Rupiah Belum Bertenaga Ditutup di Rp 15.978 per dollar, Intip Proyeksi Besok!



MOMSMONEY.ID - Kurs rupiah lanjut terdepresiasi di hadapan dollar AS. Mengutip Bloomberg, Senin (20/5), rupiah ditutup di level Rp 15.978 per dollar, melemah 23 poin atau 0,14% dibandingkan Jumat lalu. 

Dari sisi eksternal, indeks dollar relatif stabil. Sebagai aset safe haven, USD masih ditopang kondisi geopolitik.

Menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, stabilitas di Timur Tengah menjadi fokus setelah jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negerinya pada Minggu. 


Upaya penyelamatan sedang dilakukan, namun Reuters mengutip pejabat Iran, melaporkan bahwa nyawa mereka dalam bahaya. Raisi dipandang sebagai pesaing untuk menjadi pemimpin tertinggi Iran berikutnya. Ia dianggap sebagai tokoh garis keras dalam menindak protes dalam negeri dan menerapkan lebih banyak undang-undang moralitas.

Sementara, data minggu lalu menunjukkan indeks harga konsumen AS bulan April menurun. Sehingga, para pedagang bertaruh pada pelonggaran sebesar 46 bps pada tahun ini, dan  penurunan pada November, yang sudah diperhitungkan sepenuhnya.

Fokus pasar sekarang tertuju pada laporan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE),  ukuran inflasi pilihan The Fed, yang akan dirilis pada 31 Mei. Pasar juga akan mencermati risalah pertemuan terakhir The Fed, yang dijadwalkan pada Rabu.  

Baca Juga: Wah, Harga Emas Spot Cetak Rekor Tertinggi di US$ US$ 2.448 per troi ons

Di dalam negeri, sentimen ekonomi tidak mendukung bagi rupiah. Ekonom memperkirakan defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia akan melebar pada kuartal I 2024. Kondisi itu berpeluang terjadi seiring dengan surplus neraca perdagangan yang menyusut. Neraca transaksi berjalan Indonesia ditaksir  defisit -0,40% dari PDB. Bandingkan dengan kuartal I 2023 yang surplus sebesar 0,90% dari PDB. 

Defisit kuartal pertama 2024 juga melebar dibandingkan defisit pada kuartal IV 2023 yang -0,38% dari PDB. Pelebaran defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi surplus neraca perdagangan yang menurun dari US$ 12,11 miliar pada Januari-Maret 2023 menjadi US$ 7,41 miliar pada Januari-Maret 2024. 

Namun, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terkendali pada tahun ini menjadi 0,75% dari PDB. Ekspektasi ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk normalisasi harga komoditas secara bertahap, dan permintaan domestik yang solid sejalan dengan prospek ekonomi domestik yang positif. 

Perkiraan Ibrahim, pada perdagangan besok Selasa (21/5), kurs rupiah masih fluktuatif dan berisiko ditutup melemah di rentang Rp 15.960-Rp 16.030 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini