KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan pelemahan rupiah, dana asing tercatat terus keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) hingga 16 Mei 2018, sejak awal Mei 2018 dana asing catatkan
net sell sebesar Rp 19 triliun. Sementara itu, asing juga masih mencatatkan
net sell Rp 9 triliun sejak awal tahun. I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan asing keluar dari pasar obligasi karena nilai tukar rupiah terdahap dollar Amerika Serikat (AS) melemah. Dana asing masuk ke pasar keuangan Indonesia melalui jendela
currency exchange. Inilah mengapa nilai tukar menjadi faktor utama yang asing pertimbangkan sebelum masuk ke pasar keuangan.
Belum stabilnya pergerakan nilai tukar rupiah membuat asing tidak bisa memperkirakan akan sedalam apa rupiah jatuh dan ini sangat berisiko bagi investasi asing. Apalagi dengan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah bisa berujung pada menipisnya spread atau selisih antara berinvestasi langsung di US Treasury dan SBN. "Padahal, di satu sisi asing sudah istilahnya berkorban menerima risiko investasi di Indonesia, dari pada
spread-nya tipis, mending sekalian saja mereka simpan di US treasury," kata Made, Selasa (22/5). Bila melihat imbal hasil yang pasar obligasi Indonesia berikan, Made mengatakan sebenarnya asing masih tertarik. Namun, kembali lagi, asing kini masih menghitung ulang perkiraan rupiah dengan yield wajar yang seharusnya diterima. "Agak sulit ketika rupiah yang masih bergerak melemah, maka target yield asing akan terus bergerak, rupiah menjadi faktor pertimbangan dalam menentukan yield yang mereka dapat," kata Made. Made memperkirakan keluarnya dana asing dari pasar obligasi Indonesia kebanyakan di pertahankan di dollar AS di tenagh kecenderungan indeks dollar AS yang menguat. Dana asing yang keluar juga mungkin masuk ke US Treasury. Namun, Made mengatakan kini yield US Treasury sedang beranjak naik, artinya kalau masuk saat ini memang untung, tetapi ada risiko terkoreksi. Sementara, disaat asing meninggalkan pasar obligasi, hal ini dimanfaatkan domestik untuk menyerap lebih banyak SBN. Seperti asuransi dan dana pensiun yang menambah kepemilikan SBN masing-masing sebesar 32% dan 25% sejak awal bulan hingga 16 Mei 2018. Menurut Made ini waktu yang tepat untuk domestik lebih aktfi di SBN karena kini inflasi masih rendah. Dengan terkendalinya inflasi dan cenderung rendah, maka institusi tersebut bisa mendapatkan real return yang lebih menguntungkan.
Hingga kini, Made belum memiliki gambaran kapan asing akan balik ke pasar SBN karena pergerakan rupiah yang belum stabil. "Syarat asing balik ke Indonesia adalah rupiah harus stabil dulu paling tidak di Rp 13.900-Rp 14.100,"kata Made. Dengan stabilnya nilai tukar rupiah maka asing akan kembali mengukur risiko investasi mereka di Indonesia, apakah berpotensi mendapat keuntungan dari harga SUN maupun secara currency. "Setidaknya harus rupiah dulu stabil, sekarang menguat tapi kita tidak tau besok bisa saja kembali melemah, jika ingin rupiah sehat maka sebisa mungkin turunkan CAD. Artinya, kalau terjadi sesuatu di AS rupiah bisa menguat sendiri karena dollar masuk melalui aktifitas perdagangan," kata Made. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia