JAKARTA. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan lebih konservatif dalam melihat proyek power plant tahun ini. Pasalnya, kondisi rupiah yang tertekan sejak tahun lalu menjadi salah satu kendala WIKA untuk menggarap proyek tersebut. "Tahun ini harus direm karena ada shock di currency," kata Natal Argawan, Sekretaris Perusahaan WIKA. Pasalnya, kontrak power plant dalam rupiah, sementara pembelian peralatannya dalam dollar. Hal ini sedikit menekan WIKA. Sebelumnya dikabarkan, WIKA tengah membidik tiga proyek power plant di Sumatera dan Kalimantan.Meski demikian, WIKA tidak berhenti mencari proyek-proyek strategis untuk bisnis power plant-nya. Sebelumnya, WIKA telah menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Amurang, Sulawesi Utara berkapasitas 2x25 Megawatt (MW) dengan nilai proyek mencapai Rp 647 miliar.Natal bilang, untuk menutup kekurangan dari proyek pembangkit listrik, WIKA tetap akan menggenjot pendapatan di proyek Engineering, Procurement, and Construction (EPC) di sektor migas. Belum lama ini, WIKA juga baru saja meraih kontrak EPC dalam proyek pembangunan fasilitas produksi gas Matindok dari PT Pertamina EP. Nilai kontrak proyek tersebut mencapai US$ 234 juta, atau setara Rp 2,8 triliun.Tahun ini, WIKA menyiapkan belanja modal sebesar Rp 1,99 triliun. Sebagian besar dari dana itu, yakni Rp 1,01 triliun dialokasikan untuk bisnis beton anak usahanya. Sebesar Rp 984 miliar hanya digunakan khusus untuk kebutuhan WIKA. Adapun rinciannya, sekitar Rp 304,2 miliar untuk investasi dan akuisisi, Rp 326,7 miliar untuk pengembangan usaha, dan Rp 317,17 miliar untuk pengembangan aset tetap. WIKA sudah memiliki pinjaman perbankan yang siap ditarik untuk membiayai kebutuhan tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah belum stabil, WIKA tahan proyek power plant
JAKARTA. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan lebih konservatif dalam melihat proyek power plant tahun ini. Pasalnya, kondisi rupiah yang tertekan sejak tahun lalu menjadi salah satu kendala WIKA untuk menggarap proyek tersebut. "Tahun ini harus direm karena ada shock di currency," kata Natal Argawan, Sekretaris Perusahaan WIKA. Pasalnya, kontrak power plant dalam rupiah, sementara pembelian peralatannya dalam dollar. Hal ini sedikit menekan WIKA. Sebelumnya dikabarkan, WIKA tengah membidik tiga proyek power plant di Sumatera dan Kalimantan.Meski demikian, WIKA tidak berhenti mencari proyek-proyek strategis untuk bisnis power plant-nya. Sebelumnya, WIKA telah menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Amurang, Sulawesi Utara berkapasitas 2x25 Megawatt (MW) dengan nilai proyek mencapai Rp 647 miliar.Natal bilang, untuk menutup kekurangan dari proyek pembangkit listrik, WIKA tetap akan menggenjot pendapatan di proyek Engineering, Procurement, and Construction (EPC) di sektor migas. Belum lama ini, WIKA juga baru saja meraih kontrak EPC dalam proyek pembangunan fasilitas produksi gas Matindok dari PT Pertamina EP. Nilai kontrak proyek tersebut mencapai US$ 234 juta, atau setara Rp 2,8 triliun.Tahun ini, WIKA menyiapkan belanja modal sebesar Rp 1,99 triliun. Sebagian besar dari dana itu, yakni Rp 1,01 triliun dialokasikan untuk bisnis beton anak usahanya. Sebesar Rp 984 miliar hanya digunakan khusus untuk kebutuhan WIKA. Adapun rinciannya, sekitar Rp 304,2 miliar untuk investasi dan akuisisi, Rp 326,7 miliar untuk pengembangan usaha, dan Rp 317,17 miliar untuk pengembangan aset tetap. WIKA sudah memiliki pinjaman perbankan yang siap ditarik untuk membiayai kebutuhan tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News