Rupiah Berada di Rp 15.379 per Dolar AS, Melemah Total 1,26% Dalam 4 Hari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah dan stabil di kisaran yang sama sejak pagi tadi. Rabu (12/10) siang pukul 12.35 WIB, kurs rupiah spot melemah 0,14% ke Rp 15.379 per dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah melemah dalam empat hari perdagangan terakhir sejak Jumat (7/10) lalu. Rupiah mengakumulasi pelemahan 1,26% dalam empat hari perdagangan terakhir.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan badai resesi global bisa berdampak ke emerging markets, mulai dari kenaikan biaya energi hingga ketahanan pangan serta efek penguatan nilai tukar dolar. "Ditambah dengan inflasi, penguatan dolar dan kenaikan suku bunga akan menempatkan negara-negara berkembang dan maju dalam situasi yang sulit dan serius," kata Sri Mulyani seperti dalam wawanca dengan Bloomberg News di Washington.


Baca Juga: Ada Ancaman Resesi Global, Ekonomi Indonesia Punya Ketahanan Cukup Kuat

Sejumlah mata uang Asia berbalik menguat pada siang ini setelah kompak melemah di awal perdagangan. Won Korea menguat setelah Bank of Korea mengerek suku bunga acuan 50 basis points ke 3%. 

Selain won, rupee India, dolar Taiwan, dolar Singapura, dan dolar Hong Kong menguat terhadap dolar AS. Sementara yen Jepang, ringgit Malaysia, rupiah, baht Thailand, peso Filipina, dan yuan China melemah terhadap the greenback.

Sementara indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia kembali menguat ke 113,29. Indeks dolar menguat dalam enam hari perdagangan berturut-turut sejak Rabu pekan lalu.

Baca Juga: IMF Memangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2023 Jadi 5%

"Dolar AS akan tetap menguat di tengah permintaan safe haven akibat peringatan pertumbuhan ekonomi global yang buruk," ungkap Maybank dalam catatan yang dikutip Bloomberg.

IMF merilis World Economic Outlook terbaru yang menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,9%. Dalam laporan itu, IMF pun menggunting prediksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara, termasuk Indonesia dari 5,2% menjadi 5% untuk tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati