Rupiah Berbalik Menguat di Rp 16.394 per dollar AS, Besok Masih Bertenaga?



MOMSMONEY.ID - Mata uang rupiah lebih bertenaga melawan dollar AS pada hari ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (24/6), kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 56 poin atau 0,34% dibandingkan Jumat lalu, menjadi Rp 16.394 per dollar AS.

Rupiah berbalik menguat, meski di global indeks dollar cukup stabil. Menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, di eksternal, dollar AS terdorong oleh pembacaan data manufaktur (PMI) yang lebih kuat dari perkiraan. Data ini memicu dugaan bahwa ketahanan ekonomi AS akan memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi. 


Fokus pasar minggu ini tertuju pada data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti di AS akan dirilis pada Jumat ini. Data ini adalah ukuran inflasi pilihan The Fed, dan kemungkinan akan menjadi faktor yang memengaruhi prospek suku bunga. 

Di samping itu, pasar juga akan mencermati geopolitik. Debat calon presiden AS yang pertama digelar pada Kamis, dan putaran pertama pemungutan suara dalam pemilu Perancis pada akhir pekan. 

Baca Juga: Harga Emas Spot Naik Tipis pada Hari Ini, Pasca-Jeblok Lebih 1%

Sedangkan, di internal, pasar merespons positif terhadap Dana Moneter Internasional (IMF), yang mengingatkan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk berkomitmen menjaga defisit fiskal tetap berada di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

IMF melihat fiskal Indonesia akan mengalami ekspansi pada 2024 dan 2025. Namun, IMF melihat defisit yang sedikit lebih kecil akan mendukung pertumbuhan dan bauran kebijakan yang lebih seimbang, sekaligus menjaga ruang kebijakan untuk merespons risiko-risiko negatif.

Hal tersebut diamini oleh pemerintah, melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang menegaskan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan tetap dijaga di bawah 3%. Hal itu dinilai menjadi komitmen pemerintah dan akan dilanjutkan presiden terpilih Prabowo Subianto.

APBN kini menjadi perhatian serius bagi investor karena kekhawatiran defisit akan menembus level 3% PDB, melihat rencana belanja yang dilakukan. Saat ini penyusunan RAPBN 2025 telah dimulai. Terkait postur defisit yang dirancang dalam RAPBN 2025 sebesar 2,29-2,82% PDB, Sri Mulyani menyebut, hal itu telah memperhitungkan makan bergizi gratis.

Ibrahim memperkirakan, pada perdagangan Selasa (25/6), rupiah fluktuatif, namun berisiko ditutup melemah di rentang Rp 16.380-Rp 16.450 per dollar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini