Rupiah bergerak atraktif, cermati saham defensif berikut



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pergerakan rupiah pada pekan ini terlihat cukup atraktif bergerak di atas level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikar (AS). Pada perdagangan hari ini saja, Kamis (7/3) rupiah berada di level Rp 14.140 per dollar AS.

Kendati demikian, laju rupiah dari awal tahun 2019 sudah cukup membaik 2,28% year to date (ytd). Awal tahun 2019 rupiah sempat menyentuh level Rp 14.470 per dollar AS.

Melihat kondisi nilai tukar rupiah ini, beberapa sektor emiten dirasa cukup kuat menghadapi gejolak rupiah. Adapun emiten dengan jumlah ekspor yang besar dan tidak ketergantungan dengan dollar AS dapat jauh lebih kuat dibandingkan yang lain.


Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su mengatakan, emiten yang fokus pada ekspor akan lebih kuat menghadapi fluktuasi rupiah.

Selain itu, menurutnya, laju pelemahan rupiah dipengaruhi oleh dua hal yakni dari internal seperti neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit dan politik, serta faktor eksternal dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat dan data defisit AS.

“Ya eksportir tadi seperti emiten metal, kelapa sawat dan furniture,” ujar Harry kepada Kontan, Rabu (6/3).

Terkait arah rupiah, Harry memperkirakan jika melihat berdasarkan current account deficit (CAD), seharusnya hingga pemilu laju rupiah akan bergerak melemah.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca dagang Januari 2019 mengalami defisit US$ 1,16 miliar meningkat bila dibanding bulan sebelumnya yang tercatat defisit US$ 1,1 miliar.

Kondisi ini memburuk bila dibandingkan dengan defisit Januari 2018 yang tercatat US$ 0,76 miliar. Bahkan terdalam sejak Januari 2014 yang tercatat US$ 430,6 juta.

Analis Oso Sekuritas, Sukarno Alatas mengatakan, dengan konsisi fluktuatif pada nilai tukar rupiah, emiten yang akan kuat salah satunya adalah sektor konsumsi. Adapun sektor lain yang tidak berdampak lansung adalah sektor properti dan infrastruktur.

Menurutnya, kondisi rupiah saat ini masih dalam level yang wajar karena secara year to date, pergerakan rupiah masih stabil menurun walaupun bergerak di atas level Rp 14.000 per dollar AS. \

“Intinya hindari sektor yang memiliki utang dalam bentuk dollar AS dan bahan baku yang berasal dari impor,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (7/3). Hindari saat terjadi pelemahan rupiah yang cukup dalam. Namun, bisa diperhatikan saat kondisi rupiah menguat.

Selain itu, sektor yang mengandalkan ekspor pun akan diuntungkan di kondisi tersebut. Adapun beberapa saham yang direkomendasikan dan cukup kuat menahan laju fluktuasi nilai tukar adalah GGRM, HMSP, TOWR, UNVR, ICBP, TKIM dan WOOD.

Target harga dari saham yang direkomendasikan tersebut antara lain GGRM Rp 95.000 per saham, HMSP Rp 4.500 per saham, TOWR Rp 950 per saham, UNVR Rp 55.550 per saham, ICBP Rp 11.000 per saham, TKIM Rp 13.950 per saham dan WOOD Rp 950 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli