JAKARTA. Kalau ada yang berotot sangat kuat hari ini, itu adalah rupiah. Di pasar spot, pagi tadi rupiah di buka di level 11.563 per dolar AS, melemah 185 poin dari penutupan perdagangan kemarin di pasar spot yang bertengger di level 11.465. Rupanya, rupiah enggan tergebuk oleh si hijau. Rupiah berhasil memimpin mata uang regional pada penguatan yang cukup signifikan. Rupiah mulai menunjukkan taringnya hingga menyentuh level terendahnya pada 10.881 per dolar AS kendati sempat berjibaku di level 11.655 per dolar AS. Di pasar spot, perdagangan rupiah di tutup di level 10.925 per dolar AS pada pukul 15.00 WIB. "Ini adalah kabar baik yang tertunda buat kita," kata Rachmat Wibisono, Dealer Valas BRI. Menurutnya, mestinya penguatan ini sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu saat yen Jepang sudah mulai menunjukkan kekuatannya terhadap dolar AS. Hingga perdagangan pada pukul 16.31 WIB, rupiah masih cukup perkasa di lebel 10.920 per dolar AS, menguat 730 poin atau 6,68%. "Rupiah yang sempat mencapai level 13.000 per dolar AS, itu karena panik," imbuh Rachmat. Ia menilai, penguatan rupiah ini memang tidak mendadak. Bahkan, cepatnya pemulihan rupiah ini tidak berbahaya bagi mata uang kita. Pasalnya, kokohnya rupiah terhadap dolar AS ini juga dibarengi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga mumbul dengan stabil selama beberapa waktu ini. Alhasil, pergerakan IHSG stabil dan meningkat 5,30% pada penutupan sore. Indeks naik 63,774 poin menjadi 1.266,116. Rachmat tak bisa memungkiri, pemaprasan suku bunga patokan (BI Rate) telah sedikit menyumbang bagi menguatnya rupiah. "Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah: apa yang akan terjadi besok? Bagaimana krisis kredit diselesaikan oleh AS?" tukas Rachmat. Rencana presiden terpilih Barack Obama untuk menggelindingkan paket infrastruktur untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja, bakal meminimalkan krisis dan merangsang konsumsi domestik. "Infrastruktur akan membuat ekonomi bergerak," kata Rachmat. Pasar masih akan melihat bagaimana rupiah dan indeks bergerak besok. Hanya saja, dengan mulai pulihnya rupiah setelah sempat terjerembap ke level 13.000 per dolar AS, Rachmat menghitung rupiah akan bergerak di kisaran 10.500-10.800 hingga akhir tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah Bergerak Liar Menggebuk Dolar
JAKARTA. Kalau ada yang berotot sangat kuat hari ini, itu adalah rupiah. Di pasar spot, pagi tadi rupiah di buka di level 11.563 per dolar AS, melemah 185 poin dari penutupan perdagangan kemarin di pasar spot yang bertengger di level 11.465. Rupanya, rupiah enggan tergebuk oleh si hijau. Rupiah berhasil memimpin mata uang regional pada penguatan yang cukup signifikan. Rupiah mulai menunjukkan taringnya hingga menyentuh level terendahnya pada 10.881 per dolar AS kendati sempat berjibaku di level 11.655 per dolar AS. Di pasar spot, perdagangan rupiah di tutup di level 10.925 per dolar AS pada pukul 15.00 WIB. "Ini adalah kabar baik yang tertunda buat kita," kata Rachmat Wibisono, Dealer Valas BRI. Menurutnya, mestinya penguatan ini sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu saat yen Jepang sudah mulai menunjukkan kekuatannya terhadap dolar AS. Hingga perdagangan pada pukul 16.31 WIB, rupiah masih cukup perkasa di lebel 10.920 per dolar AS, menguat 730 poin atau 6,68%. "Rupiah yang sempat mencapai level 13.000 per dolar AS, itu karena panik," imbuh Rachmat. Ia menilai, penguatan rupiah ini memang tidak mendadak. Bahkan, cepatnya pemulihan rupiah ini tidak berbahaya bagi mata uang kita. Pasalnya, kokohnya rupiah terhadap dolar AS ini juga dibarengi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga mumbul dengan stabil selama beberapa waktu ini. Alhasil, pergerakan IHSG stabil dan meningkat 5,30% pada penutupan sore. Indeks naik 63,774 poin menjadi 1.266,116. Rachmat tak bisa memungkiri, pemaprasan suku bunga patokan (BI Rate) telah sedikit menyumbang bagi menguatnya rupiah. "Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah: apa yang akan terjadi besok? Bagaimana krisis kredit diselesaikan oleh AS?" tukas Rachmat. Rencana presiden terpilih Barack Obama untuk menggelindingkan paket infrastruktur untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja, bakal meminimalkan krisis dan merangsang konsumsi domestik. "Infrastruktur akan membuat ekonomi bergerak," kata Rachmat. Pasar masih akan melihat bagaimana rupiah dan indeks bergerak besok. Hanya saja, dengan mulai pulihnya rupiah setelah sempat terjerembap ke level 13.000 per dolar AS, Rachmat menghitung rupiah akan bergerak di kisaran 10.500-10.800 hingga akhir tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News