Rupiah bergerak sempit, ini penjelasan analis



JAKARTA. Di pasar spot, Kamis (2/3) posisi rupiah terangkat tipis 0,04% ke level Rp 13.357 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah stagnan di level Rp 13.361 per dollar AS.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan, nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dollar AS meski masih dalam kisaran sempit di tengah penantian pelaku pasar uang terhadap kebijakan The Fed berkenaan suku bunga.

"Saat ini masih minim faktor yang mendorong rupiah untuk bergerak lebih tinggi," katanya dikutip dari Antara.


Ia menambahkan bahwa salah satu faktor yang biasanya menopang mata uang rupiah seperti harga minyak mentah dunia, juga cenderung bergerak mendatar. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude stabil di level 53,36 dollar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 55,90 dollar AS per barel.

Dari dalam negeri, lanjut dia, Bank Indonesia juga tidak terlihat melakukan intervensi terhadap rupiah. Bank Indonesia kemungkinan merasa nyaman rupiah berada di level saat ini.

"Namun secara fundamental, ekonomi nasional masih cukup solid sehingga potensi rupiah melanjutkan kenaikan cukup terbuka," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa faktor The Fed masih menjadi salah satu yang membebani laju mata uang rupiah. Sedianya, The Fed akan melaksanakan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pertengahan Maret ini.

"Peluang kenaikan suku bunga Fed cukup kuat seiring komentar salah satu anggota Dewan Gubernur Fed yang mengisyaratkan kenaikan bunganya," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak mendatar atau stagnan di posisi Rp13.361 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto