Rupiah Berhasil Menguat Pada Jumat (28/1), Tapi Masih Melemah Dalam Sepekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berhasil mengakhiri perdagangan Jumat (28/1) dengan penguatan setelah ditutup di level Rp 14.375 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,10%. Namun, jika dihitung dalam sepekan terakhir, rupiah di pasar spot masih catatkan pelemahan sebesar 0,27%.

Sementara di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah hari ini juga catatkan penguatan tipis 0,02% ke Rp 14.381 per dolar AS. Sama halnya di pasar spot, mata uang Garuda ini dalam sepekan juga catatkan pelemahan, yakni sebesar 0,24%.

Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya mengatakan, penguatan rupiah pada hari ini lebih dikarenakan dolar AS yang sudah menguat terlalu tajam selepas nada hawkish dari The Fed dalam FOMC meeting pada tengah pekan ini. Menurutnya, sepekan ini rupiah cenderung berada dalam tekanan.


“Pelaku pasar melakukan aksi beli dolar AS dengan spekulasi kenaikan suku bunga acuan di AS setidaknya sebanyak 3 kali di tahun 2022 ini. Pada Kamis dini hari kemarin, The Fed resmi mengumumkan secepatnya pada pertemuan bulan Maret The Fed menaikkan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS,” jelas Andian kepada Kontan.co.id, Jumat (28/1).

Senada, Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail meyakini sentimen dari The Fed telah menjadi katalis negatif untuk rupiah dalam beberapa terakhir. 

Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,03% ke Rp 14.381 Per Dolar AS Pada Perdagangan Jumat (28/1)

Namun, di luar sentimen tersebut, semakin panasnya ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur turut jadi katalis negatif. Sepanjang pekan ini, eskalasi ketegangan antara Rusia dan Ukraina memang semakin meningkat.

Ahmad menjelaskan, dampak dari ketegangan tersebut adalah meningkatnya harga minyak dunia sepanjang pekan ini di mana harganya sudah menembus level US$ 88 per barel. Indonesia sebagai negara importir minyak, akhirnya terdampak dan membuat rupiah tertekan.

“Untuk pekan depan, pasar akan melihat perkembangan geopolitik ini. Selain itu, adanya wacana domestic market obligation (DMO) untuk minyak kelapa sawit juga berpotensi tekan ekspor Indonesia dan jadi katalis negatif untuk rupiah,” imbuh Ahmad.

Sementara Andian memperkirakan penguatan dolar AS masih akan berlanjut di pekan depan dan berpotensi kembali melemahkan rupiah. Ia mengekspektasikan rupiah akan bergerak pada rentang harga Rp 14.280 - Rp 14.550 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi