KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpeluang menguat pada perdagangan besok (27/11) setelah anjlok di awal pekan akibat sentimen dari kemenangan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Berdasarkan Bloomberg, Selasa (25/11) rupiah ditutup melemah 0,34% ke level Rp 15.935 per dolar AS. Tidak jauh berbeda rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat pelemahan 0,41% ke level Rp 15.930 per dolar AS. Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan depresiasi rupiah utamanya dipicu setelah Donald Trump menunjuk Bessent yang dikenal mendukung kebijakan penguatan dolar sebagai menteri keuangan.
"Trump juga menyatakan akan segera menerapkan tarif 25% kepada Kanada dan Meksiko, serta tambahan tarif 10% akan diberlakukan segera setelah dia menjabat," kata Lukman kepada KONTAN, Rabu (27/11). Baca Juga: Pergerakan Mata Uang Asia Masih Akan Tertekan Efek Trump Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, mulai dari perlambatan ekonomi global, konflik geopolitik yang sedang berlangsung, khususnya perang Rusia-Ukraina telah menciptakan ketidakpastian di pasar global dan akhirnya mendorong permintaan dolar yang dianggap sebagai salah satu aset safe haven. "Ini memberikan tekanan kepada mata uang negara berkembang termasuk rupiah," katanya kepada KONTAN, Rabu (27/11). Di samping itu, indikator ekonomi domestik terkini seperti tingkat inflasi dan neraca perdagangan juga turut berkontribusi kepada kinerja Rupiah. Sutopo bilang setiap data negatif dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan investor dan mata uang yang lebih lemah. Tetapi untuk perdagangan besok Sutopo mengatakan rupiah berpeluang rebound tipis. Hal ini dipengaruhi data ekonomi AS, termasuk data inflasi dan PCE yang bakal rilis besok.