Rupiah Berpotensi di Bawah Rp 15.000 pada Akhir 2024, Ini Sentimen Pendorongnya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksi makin tangguh terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir 2024. Pemangkasan suku bunga acuan global dapat membawa aliran investasi asing dan berpontesi membuat rupiah di bawah Rp 15.000 per dolar AS.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin menilai,  pemangkasan suku bunga The Fed akan memberi angin segar dan berdampak pada pelemahan dolar AS.

Baca Juga: Menanti Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Begini Prospek Imbal Hasil Investasi


Di mana, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memotong suku bunganya sebesar 25bps ke level 5,25% pada pertemuan Kamis (19/9) dinihari waktu Indonesia.

Di sisi lain, pasar juga menantikan pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell, dalam laporannya yang akan membahas terkait prospek pelonggaran moneter berikutnya.

Sentimen ini akan berdampak positif bagi rupiah karena adanya potensi masuk aliran dana asing berkat pemangkasan suku bunga bank sentral AS dan juga Bank Indonesia (BI).

"Pemotongan suku bunga dan sinyal dovish dari The Fed berpotensi mendorong apresiasi Rupiah lebih signifikan," ujar Nanang saat dihubungi kontan.co.id, Rabu (18/9).

Seperti diketahui, BI memangkas suku bunga acuan dari 6.25% ke level 6.0%, serta suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5.25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6.75% pada Rapat Dewan Gubernur BI, 17-18 September 2024.

Baca Juga: Ditopang Pemangkasan Suku Bunga, Pasar Obligasi Kian Merekah

Pemangkasan suku bunga bank sentral Indonesia ini cukup mengejutkan dan mendahului bank sentral AS.

Menurut Nanang, rupiah di akhir tahun berpotensi menguat dan bergerak di bawah Rp 15.000 per dolar AS. Prospek mata uang garuda akan tergantung arah lebih lanjut dari kebijakan moneter The Fed.

Kebijakan bank sentral AS tersebut akan menjadi acuan dunia termasuk keputusan Bank Indonesia. Selain itu, patut dicermati juga faktor kebijakan dari kepemimpinan Presiden Prabowo dan kabinet barunya nanti, karena berpontensi menarik investasi asing yang cukup deras.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo menilai, prospek rupiah hingga akhir tahun ini juga tergantung besaran suku bunga yang dipangkas.

Adapun pemangkasan suku bunga BI hari ini dipandang sebagai respons terhadap deflasi domestik selama beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Dipengaruhi Pemangkasan Suku Bunga, Rupiah Berpotensi Menguat Kamis (19/6)

Pasar juga sedang menantikan hasil pertemuan FOMC dini hari nanti. Ada spekulasi bahwa The Fed mungkin akan memangkas suku bunga, yang dapat melemahkan dolar AS. Namun lagi-lagi, arah dolar AS sangat tergantung pada besaran angka bunga yang dipangkas.

"Jika yang dipangkas hanya 25 bps, dolar kemungkinan menguat. Sebaliknya, jika pemangkasan 50 bps, maka dolar bisa melemah yang pada akhirnya akan berimbas ke penguatan rupiah," tutur Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (18/9).

Sutopo memperkirakan Rupiah di akhir tahun kemungkinan akan berada di level Rp 15.900 per dolar AS. Sedangkan, Nanang memproyeksi rupiah akan berada di kisaran Rp 14.500 - 15.000 per dolar AS di akhir 2024.

Mengutip Bloomberg, Rabu (18/9) posisi penutupan rupiah spot hari ini tidak berubah dari hari kemarin yang berada di Rp 15.335 per dolar AS. 

Baca Juga: 5 Alasan BI Pangkas Suku Bunga Lebih Cepat dari The Fed

Sedangkan, rupiah jisdor BI ditutup melemah tipis 0,07% ke level Rp 15.350 per dolar AS di perdagangan Rabu (18/9).

Nanang menjelaskan, keputusan suku bunga BI dan penantian suku bunga Fed memang belum terefleksi terhadap pegerakan rupiah hari ini. Sehingga, wajat volume transaksi masih terbatas.

"Rupiah bergerak sideways (datar) dan ditutup melemah terbatas pada perdagangan hari ini, sejalan dengan investor yang mengantisipasi hasil dari RDG BI," papar Nanang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto