Rupiah berpotensi ke Rp 14.050 per dollar AS pada sesi perdagangan kedua



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kurs rupiah kembali tembus level Rp 14.000 per dollar AS, setelah beberapa waktu terakhir sukses bertahan di bawah level psikologis tersebut. Tak tanggung-tanggung, pelemahan rupiah kali ini juga jadi salah satu yang terdalam di antara mata uang regional lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 11.43 WIB, rupiah bergerak koreksi 0,17% di level Rp 14.009 per dollar AS. Adapun level terendah yang disentuh hari ini yakni Rp 14.023 per dollar AS. Sedangkan berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau JISDOR, kurs rupiah terdepresiasi lebih dalam ke level Rp 14.011 per dollar AS.

Analis Maxco Futures Berjangka Suluh Adil Wicaksono mengatakan, rupiah sudah mulai tertekan sejak Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya ddalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu. Ditambah lagi, tekanan penguatan dollar AS terus berlanjut dalam dua hari terakhir.


"Kalau dilihat dari pelemahannya masih wajar, hanya kembali bergerak di atas level psikologis Rp 14.000 per dollar AS," kata Suluh kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).

Sementara itu Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, sinyal pelemahan rupiah sudah terlihat dari beberapa waktu terakhir. Di mana beberapa sentimen eksternal terus mendominasi penguatan dollar AS, khususnya terkait terpilihnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris, menggantikan Theresa May yang mundur beberapa bulan lalu.

Menurutnya, sentimen tersebut memungkinkan untuk mendorong indeks dollar AS untuk bergerak ke level 98,50. Hal tersebut, tentunya bakal menekan kurs rupiah dan kelihatannya masih akan melemah hingga pekan depan. Ketakutan pasar bahwa Inggris akan keluar dari Uni Eropa tanpa ada kesepakatan perdagangan menjadi alasan utama yang membuat pelaku pasar lari ke dollar AS.

"Tapi saya berbeda dengan yang lain, saya optimistis pada saatnya nanti Boris akan berubah menjadi pro Brexit demi menyelamatkan ekonomi Negeri Ratu Elisabeth tersebut. Sikap anti Brexit saat ini semata hanya strategi politik saja," ujar Ibrahim kepada Kontan, Rabu (23/4).

Selain itu, kondisi pasar yang menanti sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya di akhir Juli 2019, turut mempengaruhi pergerakan rupiah.

Namun, sinyal baru dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang juga berencana memangkas suku bunga acuan di September 2019, ikut menjadi sentimen yang mendorong penguatan dollar AS.

"Sehingga, wajar kalau indeks dollar AS menguat saat ini. Untuk sesi perdagangan 2 hari ini, rupiah diperkirakan bergerak pada rentang Rp 13.986 per dollar AS hingga Rp 14.050 per dollar AS, di mana level resistance sangat mungkin dicapai hari ini," tandas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini