Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah pada Rabu (8/11), Simak Sentimennya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi lanjut melemah pada perdagangan Rabu (8/11). 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu komentar pejabat The Fed kembali memunculkan kekhawatiran pasar atas potensi kenaikan suku bunga. 

Meski The Fed telah membuat beberapa kemajuan dalam melawan inflasi, namun angka inflasi terbaru masih jauh di atas target The Fed yang sebesar 2%. 


"Hal ini dapat menarik lebih banyak kenaikan suku bunga," ucap Ibrahim, Selasa (7/11). 

Baca Juga: Lesu, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.593 Per Dolar AS Pada Selasa (7/11)

Namun, perekonomian AS terbukti tangguh secara tak terduga, yang pada gilirannya dapat menjaga inflasi dalam beberapa bulan mendatang. Sebelum komentar pejabat The Fed tersebut, pasar memperkirakan kemungkinan hampir 100% bahwa The Fed telah menyelesaikan siklus kenaikan suku bunganya, terutama menyusul lemahnya data gaji minggu lalu.

Analis Mata Uang Lukman Leong pun memperkirakan, rupiah masih akan tertekan oleh penguatan dolar AS. Menurutnya, investor akan mengantisipasi pidato pejabat-pejabat The Fed malam ini. 

"Serangkaian data ekonomi dari China maupun Indonesia yang dirilis Senin (6/11) dan Selasa (7/11) yang lebih lemah dari perkiraan juga menekan mata uang Asia," kata Lukman.

Lukman memprediksi, rupiah berpotensi melemah dengan kisaran Rp 15.600-Rp 15.750 per dolar AS pada Rabu (8/11). 

Baca Juga: Dolar AS Merosot, Ini Deretan Mata Uang yang Menguat Tajam Sepekan Terakhir

Ibrahim pun memperkirakan, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.620-Rp 15.690 per dolar AS. 

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,62% ke level Rp 15.636 per dolar AS pada perdagangan Selasa (7/11). Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp 15.593 per dolar AS, melemah 0,28% dari Rp 15.550 pada hari perdagangan sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi