Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah Pada Selasa (21/6), Terseret Kenaikan Bunga The Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang garuda diramal melemah terbatas pada perdagangan Selasa (21/6). Adapun rupiah mengakhiri perdagangan hari ini, Senin (20/6) dengan melemah. 

Di pasar spot, rupiah ditutup di level Rp 14.836 per dolar Amerika Serikat (AS) atau terkoreksi 0,07%. Tren negatif juga terjadi di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI). Rupiah melemah 0,05% sehingga ditutup di level Rp 14.836 per dolar AS.

Analis DCFX Futures Lukman Leong menjelaskan pelemahan kinerja rupiah masih disebabkan oleh dominasi penguatan dolar AS dan ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral utama dunia. Ditambah sentimen risk off di pasar ekuitas. 


Untuk besok, Lukman memperkirakan rupiah berpotensi melemah tipis atau terbatas. Dia bilang sentimen penguatan dolar AS masih akan tetap mendominasi, tapi sell off di bursa diperkirakan mereda. 

Baca Juga: Rupiah ke Level Terburuk Sejak Oktober 2020, Ekonom: Ini Hanya Sementara

"Sedangkan untuk dalam negeri, pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga 25 bps pada pertemuan Bank Indonesia Kamis ini," tuturnya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/6). 

Sementara, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri memperkirakan capital outflow masih akan berlanjut. Dia mencermati terjadi peningkatan volatilitas nilai tukar setelah The Fed mengerek Fed Funds Rate sebesar 75 bps menjadi 1,75%. 

Adapun kenaikan sebesar 75 bps merupakan yang tertinggi sejak 1994. Selain itu, The Fed juga mengindikasikan akan menaikkan suku bunga yang agresif ke depan untuk merespons inflasi.

"Dari domestik, pelaku pasar mencermati data neraca perdagangan yang dirilis melanjutkan surplus sebesar US$ 2,9 miliar. Pengaruh kebijakan The Fed yang hawkish diperkirakan masih akan berlanjut," imbuhnya. 

Reny memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (20/6) akan berada di kisaran Rp 14.750–Rp 14.800. Sementara, Lukman memproyeksikan rupiah bergerak dalam rentang Rp 14.775–Rp 14.925.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi