Rupiah Berpotensi Lanjut Menguat pada Jumat (22/9)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpeluang lanjut menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (22/9). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, potensi penguatan rupiah ini sejalan dengan meredanya sentimen dari bank sentral AS Federal Reserve. 

Josua melihat, rupiah berbalik menguat di tengah sentimen yang cenderung hawkish dari kebijakan The Fed. Dalam pengumumannya, The Fed menyatakan akan mempertahankan suku bunganya lebih lama pada tahun 2024 mendatang.

Rupiah dibuka melemah akibat sentimen tersebut hingga ke level Rp 15.410 per dolar AS pada perdagangan Kamis (21/9). Namun, menjelang pengumuman Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI), rupiah berbalik arah dan mampu ditutup menguat tipis 0,04% ke level Rp 15.375 per dolar AS.


BI mempertahankan suku bunganya di level 5,75% dan menyatakan bahwa arah kebijakan suku bunga  The Fed masih sesuai ekspektasi BI. "Alhasil BI masih cenderung mempertahankan suku bunganya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," ucap Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/9).

Baca Juga: BI: Kalau Hanya Melihat Kondisi Domestik, Ada Ruang Penyesuaian Suku Bunga Acuan

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, pelaku pasar merespons positif laporan pemerintah tentang penerimaan pajak negara sampai dengan Agustus 2023 yang mencapai Rp 1.246,97 triliun. Jumlah tersebut setara 72,58% dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023. 

Jumlah penerimaan pajak negara itu berasal dari PPh Non Migas sebesar Rp 708,23 triliun, naik 7,06% atau mencapai 81,07% dari target APBN. Kemudian, PPN dan PPnBM sebesar Rp 447,58 triliun, naik 8,14% atau setara 64,28% dari target APBN.

Kemudian, PBB dan pajak lainnya sebesar Rp 11,64 triliun, turun 12,01% atau 29,10% dari target APBN. Lalu, PPh Migas sebesar Rp 49,51 triliun, turun 10,58% atau 80,59% dari target APBN.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah Tipis ke Rp 15.397 Per Dolar AS Pada Kamis (21/9)

Ke depannya, Ibrahim memprediksi kinerja penerimaan pajak akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya. "Hal ini disebabkan oleh penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan PPS," ucap Ibrahim. 

Ibrahim memprediksi, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp 15.350-Rp 15.410 per dolar AS pada perdagangan Jumat (22/9). Sementara menurut Josua, rupiah berpotensi menguat terbatas di kisaran Rp 15.325-Rp 15.400 per dolar AS.

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah spot menguat 0,04% ke level Rp 15.375 per dolar AS pada perdagangan Kamis (21/9). Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indoesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp 15.397 dari Rp 15.396 pada hari perdagangan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati